Solopos.com, OSLO — Jurnalis Filipina, Maria Ressa mengkritik perusahaan-perusahaan big tech yang dinilai membiarkan penyebaran kebohongan. Kritikan itu disampaikan Maria Ressa saat menerima hadiah Nobel Perdamaian di Oslo, Norwegia, Jumat (10/12/2021).
Maria Ressa berkata ekosistem informasi bisa memengaruhi dunia, namun ia kecewa melihat informasi bohong bisa tersebar lewat teknologi.
Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi
“Teknologi dengan kekuatannya yang god-like. Ia membiarkan virus kebohongan menginfeksi kita, membuat kita berkelahi, memicu ketakutan dan kebencian, dan menyiapkan panggung untuk kebangkitan otoriter dan diktator di seluruh dunia,” ujar Maria Ressa dalam tayangan di akun Youtube Nobel Prize, dikutip Liputan6, Sabtu (11/12/2021).
Baca Juga: Belum Ada Peningkatan Keparahan Covid-19 Akibat Omicron di Afsel
Maria pun terang-terangan menyebut bahwa perusahaan internet di AS meraup untuk dari kebencian yang tersebar.
“Lumpur beracun yang mengalir di ekosisten informasi kita yang diprioritaskan oleh perusahaan-perusahaan internet AS yang menghasilkan lebih banyak uang dengan menyebarkan kebencian tersebut dan memicu hal terburuk dalam diri kita,” ujarnya.
Ia kemudian mengajak masyarakat agar percaya bahwa kebaikan masih ada di dunia, serta bekerja keras untuk mencapai kebaikan tersebut.
Maria Ressa merupakan pemimpin redaksi media Rappler dari Filipina. Ia sudah lebih dari 35 tahun menjadi jurnalis. Pada 2021, ia meraih Nobel Perdamaian bersama jurnalis Rusia, Dmitry Muratov.
Baca Juga: Sejarah Hari Ini : 12 Desember 1959, SEA Games Perdana Digelar
Maria Ressa dan Dmitry Muratov adalah jurnalis pemenang Nobel Perdamaian yang pertama sejak 1935. Ia adalah jurnalis Jerman bernama Carl von Ossietzky. Ia tidak bisa hadir karena ditahan oleh pemerintahan Nazi.
“Carl von Ossietzky tak pernah sampai di Oslo karena ia menderita di kamp konsentrasi Nazi,” kata Ressa.
Dengan memberikan Nobel Perdamaian kepada jurnalis, Maria Ressa berkata komite Nobel mempertegas komitmen mereka untuk menjaga demokrasi.
Meski demikian, Ressa berkata masih banyak jurnalis yang dipersekusi tanpa ketahuan. “Ada lebih banyak sekali jurnalis-jurnalis yang dipersekusi dalam bayangan tanpa eksposur dan dukungan,” ujarnya.
Ressa lantas mengajak masyarakat betapa pentingnya berkorban untuk kebenaran. Dan ia yakin bahwa dunia masih bisa menjadi lebih baik, setara, dan berempati.