SOLOPOS.COM - Prosesi Mapag Sadran oleh Paguyuban Kasepuhan Kalitanjung di Desa Tambaknegara (Youtube/ Potret Banyumas

Solopos.com, BANYUMAS – Mapag sadran adalah ritual masyarakat di Desa Tambaknegara, Kecamatan Rawalo, Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah menyambut Ramadan. Tradisi yang dilakukan secara turun-temurun itu dilakukan kelompok kasepuhan di desa setempat.

Seperti pada tradisi sadran pada umumnya, mereka berbondong-bondong mengunjungi makam leluhur dan memanjatkan doa agar segala dosa dan kesalahan para leluhur selala hidupnya diampuni. Dalam acara ini, para sesepuh membawa sesembahan berupa nasi tumpeng dengan lauk-pauk yang lengkap. Dalam sesembahan tersebut, lauk yang wajib ada adalah ayam bumbu pindang.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Baca juga: Mitos Pantai Pulau Kodok Tegal, Berendam Pagi & Sore Obati Penyakit?

Ekspedisi Mudik 2024

Pada 2021 silam, tradisi Mapag Sadran digelar dengan dihadiri 200 kelompok kasepuhan dari paguyuban Kasepuhan Kalitanjung yang ada di Desa Tambaknegara. Lantaran masih dalam kondisi pandemi, tradisi ini digelar dengan menerapkan protokol kesehatan (Prokes).

Mapag Sadran saat itu digelar terpusat di Makam Panembahan Banyon Kalitanjung yang saat itu diresmikan sebagai tempat napak tilas para leluhur oleh perangkat desa dengan melakukan pemotongan tumpeng. Peresmian tempat napak tilas berupa makam leluhur setempat ini adalah bentuk dukungan dari pemerintah desa untuk kegiatan tradisi yang sudah turun-temurun dilakukan.

Setelah acara selesai, seperti pada acara nyadran pada umumnya, selalu diakhiri dengan acara makan bersama sebagai sarana untuk saling bersilahturahmi antar warga, apalagi tradisi ini juga merupakan ritual menyambut bulan Ramadhan sehingga dalam silaturahmi tersebut dapat berbuah hati yang bersih dan raga yang kuat.

Baca juga: Asale Sego Wiwit Khas Klaten dari Sesaji hingga Sajian Kekinian

Kelompok Muslim Tradisional di Banyumas

Sementara itu,berdasarkan penelusuran Solopos.com, Kasepuhan Kalitanjung adalah kelompok para sesepuh Desa Tambaknegara yang memegang erat tradisi meskipun mereka sudah memeluk agama Islam sejak lama. Mereka tidak memiliki kewajiban berziarah ke Mekkah atau naik haji. Para sesepuh pria dalam paguyuban ini dikenal dengan ikat kepalanya yang disebut Iket.

Iket adalah lambang dari ajaran Islam yang mereka pegang yang merupakan ajaran dari Sunan Kalijaga, salah satu Waliyulah yang menyebarkan syiar Islam melalui media budaya dan tradisi. Mereka percaya bahwa jika sudah memakai Iket tersebut, mereka sudah menjadi haji tanpa harus datang Tanah Suci.

Karena ajaran ini pula, mereka dikenal selalu merayakan hari besar Islam dengan cara yang unik, salah satunya ritual Sadranan ini. Oleh masyarakat Banyumas, kelompok kasepuhan ini sering disebut sebagai kelompok Islam Abangan.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya