SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, SOLO – Sumanto si pemakan daging mayat asal Purbalingga, Jawa Tengah, pernah menggemparkan masyarakat pada 2003. Kala itu, praktik kanibalisme yang dilakukannya menjadi sorotan dan mengantarkannya ke bui.

Tapi, ternyata kanibalisme alias perbuatan makan daging manusia ternyata sudah terjadi sejak dulu. Jauh sebelum Sumanto dilahirkan. Nah, tahukah Anda bagaimana sejerah kanibalisme di dunia?

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kanibal atau cannibal berasal dari kata caribe, sebutan pribumi Pulau Guadalupe, Meksiko. Pelaut Italia, Christopher Colombus (1451-1506) menyebut mereka gemar makan daging manusia. Lambat laun, ungkapan caribe berubah menjadi canibe kemudian cannibal, seperti dikutip dari TED-Ed, Rabu (4/9/2019).

Kanibalisme China Kuno

Sejarah kanibalisme China terjadi sekitar 2.000 tahun lalu. Laki-laki dan perempuan dewasa akan memberikan sebagian daging paha atau jari mereka sebagai wujud bakti kepada orang tua yang sakit keras dan tidak ditemukan obatnya. Praktik kanibalisme itu menjadi pilihan terakhir saat tidak ada obat yang mampu menyembuhkan penyakit orang tersebut.

Kanibalisme abad ke-15 di Eropa

Pada abad ke-15, orang Eropa menggunakan mumia sebagai obat epilepsi (penyakit pusat saraf), pendarahan, memar, dan mual. Mumia merupakan serbuk obat yang diperoleh dengan menggiling bagian tubuh mumi (mayat yang diawetkan). Mumia dapat dicampur ke minuman, salep, atau langsung ditelan.

Dalam buku Merck Index, karya rujukan pengobatan abad ke-20, tercatat penggunaan mumia di Eropa berlangsung selama ratusan tahun. Darah dan daging manusia, dalam bentuk cair atau serbuk, dipakai mengobati epilepsi. Praktik kanibalisme di Eropa juga melibatkan batu empedu, otak, dan hati manusia yang dijadikan ramuan herbal terpopuler saat itu.

Kanibalisme Suku Fore di Papua Nugini

Praktik kanibalisme Suku Fore di Papua Nugini dilakukan sejak pertengahan abad ke-20. Praktik ini dilakukan sebagai ritual penghormatan kepada orang meninggal. Caranya, anggota keluarga diminta mengonsumsi tubuh jenazah kerabat yang baru saja meninggal. Ironisnya, ritual penghormatan terakhir ini malah menyebabkan kuru (penyakit mematikan) di Suku Fore. (Enggar Thia Cahyani/Solopos.com)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya