SOLOPOS.COM - Puji Hartono, 62, memegang bonsai kelapa ukir bikinannya di Margomulyo RT 003/RW 011, Gergunung, Klaten Utara, Jumat (27/8/2021). (Solopos-Ponco Suseno)

Solopos.com, KLATEN — Puji Hartono, 62, pensiunan aparatur sipil negara (ASN) di lingkungan Pemkab Klaten bertekad tetap dapat berkreativitas di tengah pandemi Covid-19. Faktor usia dan kebijakan lebih baik stay at home selama pandemi Covid-19 tak menyurutkan langkahnya untuk berkarya.

Di awali menonton acara di televisi tentang bonsai kelapa yang dilakukan orang Bali Mei 2020, Puji Hartono langsung berpikiran mengembangkan hal itu. Waktu itu, Puji Hartono tertarik dengan bonsai kelapa bikinan orang Bali senilai Rp500.000.

Promosi Lebaran Zaman Now, Saatnya Bagi-bagi THR Emas dari Pegadaian

Lantaran tertarik, Puji Hartono sempat mencatat nomor perajin asal Bali tersebut dan berniat membeli. Namun usaha itu gagal karena Puji Hartono tak sabar mengantre lama. Di sisi lain, Puji Hartono tak diperkenankan menawar harga yang telah dipatok warga Bali (Rp300.000).

Baca juga: Sabar Lur…. Objek Wisata di Klaten Masih Tutup

Alhasil, Puji Hartono yang mengaku senang mengutak-atik segala sesuatu memutuskan ingin membuat bonsai kelapa berbentuk burung elang sendiri. Puji mencari bibit kelapa sebelum disemai. Lalu batoknya diukir sesuai kebutuhan.

“Saya itu memang hobi utak-atik. Saya bikin sendiri juga bisa. Saya kali pertama membikin bonsai kelapa ukir dengan karakter burung elang dan burung hantu,” kata Puji Hartono, saat ditemui wartawan di Margomulyo RT 003/RW 011, Kelurahan Gergunung, Kecamatan Klaten Utara, Jumat (27/8/2021).

Untuk diketahui, produk bonsai bikinan Puji Hartono diberi sentuhan ukiran guna membedakan dengan yang lainnya.

Baca juga: Kemarau, Sudah 2 Juta Liter Air Bersih Didistribusikan ke 5 Desa di Klaten

Kegemarannya membuat bonsai kelapa ukir berlanjut hingga beberapa waktu selanjutnya. Sehingga, Puji Hartono terus berkreasi membikin bonsai kelapa ukir. Di akhir 2020, hasil karya Puji Hartono mulai dibeli orang. Dua hasil karyanya dibeli warga Semarang senilai Rp1,5 juta.

“Pandemi ini jadi enggak bisa ke mana-mana. Mau nengok cucu di Jakarta enggak bisa. Sebagai seorang pensiunan ASN, saya harus tetap memiliki kesibukan. Hingga sekarang, saya sudah memiliki 25 bonsai kelapa ukir dengan berbagai karakter, seperti hewan-hewanan, vespa, kapal, dan lainnya. Rata-rata, harga per bonsai kelapa ukir senilai Rp1 juta,” katanya.

Tak Menyebar Pamflet

Puji Hartono mengatakan pembuatan bonsai kelapa ukir relatif mudah. Setelah membeli kelapa kering, dirinya menyemai kelapa tersebut sekitar satu bulan. Selanjutnya, kelapa akan tumbuh/hidup. Satu bulan berikutnya lagi, mulai tumbuh daun.

Baca juga: Kenalin Vania, Siswi SMAN 1 Cawas Juara Duta Pelajar Antinarkoba Klaten

“Kelapa yang tumbuh itu dirawat agar menjadi bonsai. Dalam menjual bonsai ini, saya memang tak menyebar pamflet. Harapannya agar pembeli datang ke sini. Saya juga bisa memberikan masukan tentang bagainana cara merawat bonsai kelapa. Prinsipnya, harus rajin mengupas tapas yang berwarna cokelat [kelopak] agar tak tumbuh besar,” katanya.

Sebagai orang yang menggeluti hobi tanaman bonsai kelapa, Puji Hartono mengaku tak pelit ilmu. Sebaliknya, dia mengaku siap berbagi ilmu dengan berbagai orang yang tertarik ingin menekuni usaha tersebut.

“Saya juga sudah bilang ke warga di sini. Monggo, bagi yang tertarik bisa belajar,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya