SOLOPOS.COM - Sejumlah warga memanfaatkan Internet gratis di sebuah pos ronda di lingkungan Dukuh Sumber Sari RT 022, Desa Sambi, Sambirejo, Sragen, Minggu (19/7/2020). (Solopos/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN -- Pemerintah Desa (Pemdes) Sambi, Kecamatan Sambirejo, Sragen, membuat inovasi baru berupa layanan Internet gratis. Program Internet masuk rukun tetangga (RT) itu berupa Internet portabel yang dipasang di 30 pos kampling.

Tiga puluh lokasi pos ronda tersebut menjadi tempat berkumpul warga saat kegiatan ronda. Pemdes Sambi Sragen ingin masyarakat desa bisa melek teknologi lewat program Internet masuk RT.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Layanan Internet gratis diadakan secara serentak di 30 pos ronda pada September 2019 dengan anggaran dana desa (DD) senilai Rp2,5 juta-Rp3 juta per pos ronda. Kala itu, Pejabat (Pj) Kepala Desa Sambi dijabat Suprayogi yang berinisiatif untuk merealisasikan program Internet masuk RT.

Rekomendasi Saham 20 Juli, Simak Saham-Saham Pilihan Analis Ini

Mantan Pj. Kades Sambi, Suprayogi, saat berbincang dengan Solopos.com di kediamannya di Sambi, Minggu (19/7/2020), menyampaikan dulu ketiga ada program Internet masuk desa pada 2007, Sragen menjadi pioner.

Ketika itu Bupati Sragen Untung Wiyono mendirikan tower Internet di setiap balai desa. Yogi, sapaan akrabnya, menginginkan Internet tidak hanya berhenti di desa tetapi bisa sampai masuk ke lingkungan RT atau lembaga warga paling bawah.

“Kondisi Sambi yang secara geografis berbukit-bukit dengan layanan Internet terbatas sinyal, maka ada inisiatif bagaimana Internet bisa sampai ke masyarakat sembari menghidupkan pos ronda. Kemudian, muncul memasang Wifi [Internet portabel] di setiap pos ronda. Sebenarnya ada 32 pos ronda tetapi yang layak digunakan ada 30 pos ronda. Satu pos ronda ada yang dimanfaatkan lingkungan dua RT karena jumlah KK-nya sedikit,” ujar Yogi.

Hore! Pemkab Klaten akan Gelontorkan 370 Ton Gabah ke Masyarakat

Biaya Operasional Rp36 Juta per Tahun

Dia menyampaikan biaya operasionalnya juga murah, sekitar Rp36 juta per tahun tetapi bisa dirasakan manfaatkan seluruh warga desa.

Dalam pemanfaatan Internet gratis pun ada batasannya. Yogi yang juga pegawai negeri sipil (PNS) di Dinas Komunikasi dan Informatika (Kominfo) Sragen itu sudah memblokir situs-situs 18+ sehingga aman ketika diakses anak.

“Jaringan tidak dibatasi dan tidak diberi password atau kata kunci. Nah, harapan ke depan semua pembayaran tagihan, seperti tagihan listrik, air, pajak bumi dan bangunan [PBB] itu bisa dilakukan di pos ronda,” ujarnya.

11.12 Beer Garden di Colomadu Terapkan Protokol Kesehatan Ketat

Kepala Desa Sambi, Kresna Widya Permana, mengatakan pelaksanaan program Internet gratis di Sragen itu dievaluasi mengingat ada beberapa warga yang belum melek teknologi. Warga tersebut cenderung menolak dengan beberapa alasan.

Dia menerangkan alasannya karena anak tak mau belajar dan mengaji. Untuk solusinya, Kresna berusaha bermusyawarah untuk mengatur waktu on dan off Internet portabel tersebut.

“Misalnya jam ngaji anak-anak itu mulai pukul 16.00 WIB dan jam belajar sampai pukul 20.00 WIB maka pada jam-jam itu Wifi mati dan dihidupkan kembali setelah pukul 20.00 WIB. Saya mendengar ada 4-5 RT yang cenderung menolak. Padahal Internet itu sangat membantu anak saat pembelajaran daring, terutama di daerah yang sulit sinyal provider,” ujarnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya