SOLOPOS.COM - Pekerja di rumah produksi Kerupuk Kelir di Desa Karanganyar RT 004/ RW 004, Weru, Sukoharjo, sedang menggoreng kerupuk pada Jumat (11/11/2022). (Solopos.com/Magdalena Naviriana Putri).

Solopos.com, SUKOHARJO — Kerupuk khas daerah Weru, Sukoharjo, yakni Kerupuk Kelir bisa diproduksi hingga 20.000-30.000 biji setiap harinya.

Setiap 1.000 buah kerupuk biasanya dijual dengan harga Rp120.000. Pemilik rumah produksi Kerupuk Kelir di Desa Karanganyar RT 004/ RW 004, Weru, Sukoharjo, Suwarni mengatakan produksi tersebut semakin bertambah justru saat masa pandemi Covid-19.

Promosi Strategi Telkom Jaga Jaringan Demi Layanan Telekomunikasi Prima

“Kalau sekarang cenderung sepi, per hari rata-rata sekitar 20.000 biji kerupuk saja [produksinya]. Tapi pas pandemi itu malah lebih ramai, bisa sampai 25.000-30.000 biji perhari. Biasanya sepi karena banyak kondangan atau petani tidak ada garapan di sawah,” terang Suwarni saat dijumpai di rumahnya, Jumat (11/11/2022).

Perempuan pembuat Kerupuk Kelir generasi ketiga itu tidak tahu menahu asal muasal pembuatan kerupuknya tersebut hingga menjadi ciri khas di wilayah tersebut. Meski demikian dia mengatakan pembuatan kerupuk tersebut berbeda jika dibandingkan pembuatan kerupuk biasanya.

Kerupuk berbahan dasar tepung tapioka itu harus diproduksi secara manual. Sementara kerupuk yang beredar di pasaran sudah menggunakan cetakan. Dalam proses pembuatannya dia bersama 10 karyawannya saling berbagi tugas.

Baca juga: Keriuk Keriuk.. Saat Gurihnya Kerupuk Menggoyang Lidah Orang Lintas Benua

Proses pembuatan kerupuk berwarna merah dan putih itu dimulai dari pembuatan adonan. Proses pencampuran adonan itu sekaligus untuk memberikan warna merah pada kerupuk itu. Sementara warna merah dan putih menjadi ciri khas kerupuk kelir yang berbentuk kotak itu.

“Setelah membuat adonan dan di warna kemudian di cetak satu-satu setelah itu di kukus. Setelah dikukus kerupuk itu di tata di wadah kemudian di jemur. Proses penjemuran harus sampai benar-benar kering,” terang ibu anak dua itu.

Proses pengeringan itu dilakukan selama kurang lebih setengah hari saat terik matahari cukup menyengat. Namun jika cuaca mendung proses penjemuran mebutuhkan waktu lama sampai benar-benar kering.

Usai dirasa cukup kering, Suwarni biasanya memilah kerupuk kering itu per 1.000 biji hal itu untuk mempermudah proses penghitungan kerupuk sebelum digoreng dan mengembang.

Sementara dalam proses penggorengan menurut Suwarni harus menggunakan suhu panas yang cukup tinggi agar kerupuk mengembang sempurna.

Baca juga: FOTO PERAJIN KERUPUK : Mencetak Adonan Kerupuk

Dari rumah produksinya itu Suwarni biasanya menjual kepada para tengkulak. Produk kerupuk miliknya selain beredar di Pasar Tawangsari, Pasar Watu Kelir juga merambah ke sejumlah daerah lain seperti Solo, Wonogiri, Klaten dan beberapa daerah lainnya.

Setiap hari Suwarni memproduksi kerupuk itu sejak pukul 07.00 WIB-17.00 WIB. Namun jika pesanan membludak proses penggorengan bisa mundur hingga pukul 18.00 WIB-19.00 WIB. Selain rumah produksi miliknya, pembuatan kerupuk itu juga diproduksi di sekitar daerah Watu Kelir.

Tempat produksi kerupuk miliknya itu telah berjalan sekitar 60-70 tahun lalu, usaha itu kemudian dilanjutkan ibunya dan kini dia kelola sejak 10 tahun lalu. Dia menyebut tak akan memaksa anaknya untuk melanjutkan produksi kerupuk itu.

“Kalau menjanjikan atau tidak ya yang penting bisa digunakan untuk menyambung kehidupan sehari-hari. Kalau untuk diteruskan ke anak, saya pasrahkan anaknya saja kalau tidak mau ya berarti tidak akan ada penerusnya,” terang Suwarni saat ditanya perihal keberlangsungan rumah produksinya itu.

Baca juga: KULINER NUSANTARA : Kerupuk Teman Setia Bersantap Apa Saja…

Sementara itu, Kasie pemerintahan Kecamatan Weru, Murniati mengatakan di daerah Kecamatan Weru kerupuk kelir yang menjadi produk lokal khas daerah itu.

Hal itu menjadi potensi daerah mengingat dari 13 desa di Kecamatan Weru yakni Alasombo, Grogol, Jatingarang, Karakan, Karanganyar, Karangmojo, Karangtengah, Karangwuni, Krajan, Ngreco, Tawang, Tegalsari, hingga Desa Weru tak memiliki potensi sumber daya alam.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya