SOLOPOS.COM - Sosialisasi Tahapan Pemilu 2024 oleh KPU Sukoharjo kepada pemilih perempuan bertajuk Partisipasi Perempuan Wujudkan Demokrasi, di Hotel Sarila Jalan Jendral Sudirman No. 228, Gabusan, Jombor, Bendosari, Sukoharjo, Jum’at (30/09/22). (Istimewa/KPU Sukoharjo).

Solopos.com, SUKOHARJO — Tren persentase jumlah partisipasi perempuan dalam lembaga legislatif di Sukoharjo terus bertambah.

Hal itu disampaikan oleh Komisi Pemilihan Umum (KPU) Sukoharjo dalam acara Sosialisasi Tahapan Pemilu 2024 di Hotel Sarila Jalan Jendral Sudirman No. 228, Gabusan, Jombor, Bendosari, Sukoharjo, Jum’at (30/09/22).

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Divisi Sosialisasi Pendidikan Pemilih Partisipasi Masyarakat dan SDM KPU Sukoharjo, Suci Handayani dalam paparannya mengatakan perempuan sering kali digunakan sebagai alat strategis oleh partai politik.

Mereka dijadikan slogan untuk mencari suara sebagai obyek kampanye agar perempuan tertarik menyumbangkan suaranya pada partai politik.

Oleh karena itu penting sekali bagi perempuan untuk menjadi pemilih rasional mencermati sebelum menentukan pilihan politik.

Baca juga: KPU Sukoharjo Koordinasi dengan Parpol Soal Perbaikan Verifikasi Administrasi

Disisi lain, keterlibatan perempuan dalam kancah politik dari waktu ke waktu semakin diperhitungkan, hal itu dilihat dari jumlah perwakilan perempuan di legislatif yang menurutnya mengalami kenaikan positif.

“Jika dilihat dari data, tren persentase perempuan dalam legislatif semakin bertambah dari pemilu ke pemilu. Pada Pemilu tahun 1955 tercatat ada 16 perempuan atau 5,88%. Pemilu 1971 jumlah anggota legislatif perempuan hanya 31 orang (6,74%) menjadi 37 perempuan atau 8,04 % pada pemilu 1977,” terang Suci.

“Naik menjadi 42 orang atau 9,13% pada pemilu Tahun 1982. Naik menjadi 59 perempuan atau 11,80% saat Pemilu Tahun 1987. Lima tahun berikutnya yakni saat Pemilu 1992 menjadi 62 orang (12,4%),” imbuhnya.

Namun menurutnya jumlah itu tak selalu bertambah, pada Pemilu 1997 dan 1999 jumlah perempuan anggota DPR RI sempat turun menjadi masing-masing 58 orang (11,6%) dan 44 orang (8,8%).

Namun angka tersebut meningkat positif pada Pemilu 2004 yakni menjadi 65 orang dan bertambah menjadi 100 orang (17,86%) pada Pemilu 2009.

Baca juga: Duh! NIK Warga Weru Sukoharjo Dicatut Parpol dengan Nama Berbeda

Lebih lanjut, Pemilu 2014 tercatat ada perwakilan perempuan sejumlah 97 orang atau 17,32%. Jumlah perempuan di parlemen DPR RI kembali meningkat pada periode 2019-2024 yakni ada 120 orang atau sebesar 20,87% dari 575 orang anggota DPR RI.

“Di Kabupaten Sukoharjo tren kenaikan jumlah anggota DPRD Perempuan juga meningkat, dilihat dari anggota DPRD periode 2019-2024 perempuan ada 10 atau 22% dari total 45 anggota DPRD. Sementara pada Pemilu sebelumnya 2014 ada 7 orang atau 15,5%,” terang Suci.

Suci menambahkan, pada Pemilu 2009 ada 6 orang anggota perempuan atau 13,3% sebelumnya di 2004 ada 4 orang atau 8,8%.

Meski demikian persentase perempuan di parlemen belum pernah menembus angka 30% tetapi peningkatan dari waktu ke waktu bisa menjadi bukti jika keberadaan perempuan semakin diperhitungkan.

“Peningkatan keterwakilan perempuan dalam politik, terutama dalam Pemilu, tersebut tidak terjadi secara serta merta. Namun karena upaya dan kerja keras serta perjuangan yang terus menerus untuk mewujudkan hak setiap orang untuk mencapai persamaan dan keadilan,” tegasnya.

Baca juga: KPU Sukoharjo Pertimbangkan Kesehatan & Batas Usia Calon Anggota Badan Ad Hoc

Menurutnya perempuan mempunyai banyak pilihan dalam politik. Mereka bebas ikut berkompetisi dalam parlemen atau sekadar mengunakan hak pilihnya pada hari pemungutan suara.

Peran serta perempuan dalam Pemilu lainnya yakni terlibat dalam penyelenggaraan Pemilu dan Pemilihan; mengawasi setiap tahapan Pemilu dan Pemilihan; membantu sosialisasi Pemilu dan Pemilihan; membantu pendidikan politik bagi pemilih; memantau Pemilu dan Pemilihan; survei atau jajak pendapat dan hitung cepat hasil Pemilu dan Pemilihan; menjadi peserta Pemilu dan pemilihan.

“Mewujudkan partisipasi pemilih perempuan yang rasional bisa dilakukan dengan menggunakan hak pilih tanpa tekanan, menggunakan hak pilih tanpa iming-iming, menggunakan hak pilih karena program kerja calon, mengawal hasil pemilihan, mengawal janji-janji saat kampanye,” urai Suci.

Sementara itu, Rektor UNIVET Bantara Sukoharjo, Farida Nugrahani mengatakan peran perempuan sering dipandang sebelah mata. Menurutnya peran perempuan di bidang politik sampai sekarang masih dipertanyakan.

Kontribusi perempuan Indonesia dalam kehidupan demokrasi dan politik tidak terlepas dari peran para tokoh dan pelopor pergerakan perempuan pada zaman sebelum kemerdekaan dan revolusi kemerdekaan RI.

Baca juga: KPU Sukoharjo Pastikan Update dan Pelihara Data, Soal Hacker Kebijakan KPU RI



Hal itu terlihat dari kongres organisasi perempuan di masa lalu. Farida mengatakan perempuan memiliki banyak hak dalam berpolitik. Di antaranya hak untuk memilih dan dipilih; hak untuk berpartisipasi dalam perumusan kebijakan pemerintah dan implementasinya.

Selanjutnya, ada hak untuk memegang jabatan dalam pemerintahan dan melaksanakan segala fungsi pemerintahan di segala tingkat; hak berpartisipasi dalam organisasi dan perkumpulan non pemerintah yang berhubungan dengan kehidupan masyarakat dan politik bernegara; berpartisipasi dalam pekerjaan untuk mewakili pemerintah dalam organisasi internasional.

“Urgensi kaum perempuan di ranah politik yaitu sebagai representasi akan aspirasi perempuan dalam pengambilan keputusan atau kebijakan,” terang Farida.

“Dalam konteks inilah figur perempuan perlu dikedepankan. Dengan demikian keputusan yang dihasilkan dapat mengakomodasi kepentingan perempuan dan sebagai representasi perempuan untuk mengurangi problem yang dialami perempuan,” terang Farida dalam kegiatan itu.

PLH Ketua KPU Sukoharjo Syakbani Eko Raharjo dalam kegiatan itu mengatakan pemilih perempuan dari sisi jumlah terbilang besar dan menjadi pemilih potensial. Sosialisasi menjadi hal penting dalam pelaksanaan Pemilu dan Pemilihan.

Baca juga: 7 ASN Dicatut Parpol dalam Sipol di Sukoharjo, Bawaslu Beri Tips Cara Lapor

Menurutnya perempuan sangat strategis untuk menyampaikan sosialisasi sehingga menjadi sasaran penting dalam sosialisasi. Perempiluan dianggap mempunyai kemampuan menyampaikan informasi dengan sangat baik dan cepat.

Sosialisasi ini di hadiri 25 kelompok perempuan di Kabupaten Sukoharjo yakni GOW, PKK, Dharma Wanita, PERSIT, Bhayangkari, Kelompok Wanita Tani, Fatayat (NU), Muslimat (NU), Aisyiyah (Muh), Nasyiathul Aisyah (Muh), LDII, MTA, perempuan Kristen, perempuan Khatolik, perempuan Hindu, Budha, LSM SEHATI, Forum LSM, Seniman, UMKM Jamu , UMKM Batik, IWAPI.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya