SOLOPOS.COM - Azalea Puteri Utami, calon terpilih anggota DPRD Wonogiri dengan dengan usia termuda pada Pemilu 2024. (Solopos/Muhammad Diky Praditia)

Solopos.com, WONOGIRI — Caleg PDIP, Azalea Puteri Utami, 26, menjadi calon terpilih anggota DPRD Wonogiri dengan usia termuda di antara 50 caleg terpilih hasil Pemilu 2024 yang ditetapkan Komisi Pemilihan Umum (KPU) Wonogiri, belum lama ini.

Azalea sekaligus menjadi satu-satunya wakil generasi Z dalam daftar calon terpilih itu. Perempuan kelahiran November 1997 itu maju sebagai caleg dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) daerah pemilihan (dapil) I.

Promosi Jaga Jaringan, Telkom Punya Squad Khusus dan Tools Jenius

Lea, panggilan akrabnya, berhasil mendapatkan jatah kursi di parlemen Wonogiri setelah mengantongi suara sah sebanyak 4.175 suara. Dia mengaku cukup beruntung karena bisa maju sebagai caleg DPRD Wonogiri melalui PDIP yang merupakan partai besar di Wonogiri.

Di samping itu, kata Lea, mesin PDIP di wilayah yang menjadi target mengeruk suaranya sudah berjalan baik. Kendati demikian, bukan berarti perjuangannya untuk mendapatkan kursi di DPRD Wonogiri ini menjadi mudah. Hampir setiap hari dia harus aktif dalam kegiatan kemasyarakatan di Kecamatan Selogiri, Wonogiri.

Ketertarikan Lea ke dunia politik berawal sejak dia bergabung organisasi sayap PDIP di Kecamatan Selogiri, Komunitas Juang, pada 2018 setelah lulus kuliah dari Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta.

Dalam komunitas itu, Lea banyak mengerjakan kegiatan sosial seperti pendataan rumah tidak layak huni (RTLH). Data itu digunakan sebagai basis data penyaluran bantuan rehabilitasi RTLH.

”Sejak saat itu saya berpikir, partai politik ini ternyata bisa menjadi harapan untuk mengubah masyarakat menjadi lebih baik,” kata Lea saat berbincang dengan Solopos.com di Giripurwo, Wonogiri, Jumat (10/5/2024).

Berkontribusi Membangun Daerah

Dia menilai parpol bisa menjadi jalan untuk memperjuangkan hak-hak warga negara. Menurutnya, melalui parpol itulah cara yang paling logis untuk turut berkontribusi membangun daerah. Lea mulai aktif menjadi kader PDIP sejak Pemilu 2019 meski saat itu dia belum menjadi caleg.

Perempuan muda yang masih single itu menyadari teman-teman seusianya di Wonogiri banyak yang apatis terhadap dunia politik. Bahkan tidak sedikit dari mereka yang memandang politik itu “kotor”.

Dengan terjun ke politik, dia berharap stigma negatif terhadap politik dan parpol bisa hilang. Dia meyakini parpol bukan merupakan wadah yang kotor atau hanya kendaraan bagi mereka yang mencari kekuasaan.

To be honest, saya dulu juga berpikir bahwa politik itu kotor, tetapi setelah saya melihat realitanya dan melihat Pak Jekek [Ketua PDIP Wonogiri dan Bupati Wonogiri Joko Sutopo], pikiran itu berubah. Parpol bisa menjadi harapan,” ujar dia.

Setelah duduk di kursi DPRD Wonogiri, Lea mengaku akan memperjuangkan hak-hak perempuan dan anak di Wonogiri. Dia cukup prihatin dengan banyaknya kasus kekerasan seksual terhadap perempuan dan anak di Kota Sukses. Selain itu dia juga ingin membentuk tempat-tempat les gratis bagi anak-anak sekolah di Selogiri.

”Saya pengin membentuk ruang-ruang kreatif dan diskusi untuk anak-anak muda agar mereka tidak menjadi orang yang individual dan pragmatis,” terangnya.

Selain Lea, ada beberapa calon terpilih anggota DPRD Wonogiri lain yang usianya relatif muda. Imron Rizkyarno salah satunya. Caleg Partai Gerindra di dapil II Wonogiri berusia 28 tahun itu bahkan menjadi caleg petahana pada Pemilu 2024. Kali pertama Imron menjadi anggota DPRD Wonogiri pada Pemilu 2019 saat usianya 23 tahun.

Regenerasi Parpol

Sementara itu, caleg terpilih yang masih berusia sekitar 30 tahun antara lain Zhakaria Anan Fachruzi, 30, Romandhani Andang Nugroho, 33, dan Lutfi Angga Pradana, 33. Ketiga caleg terpilih itu berasal dari PDIP.

Pengamat politik Wonogiri, Suyono, menyebut munculnya anak muda dalam dunia politik harus diapresiasi dan disambut baik. Terlebih mereka yang berhasil melenggang ke lembaga legislatif.

Ia menilai anak muda biasanya lebih fleksibel. Oleh karena itu mereka harus didorong untuk benar-benar turun ke masyarakat dan menyerap aspirasi konstituen. Kemunculan anak muda dalam parpol juga menjadi pertanda baik bagi demokrasi.

Artinya ada regenerasi dalam tubuh parpol itu. Di sisi lain, mereka diharapkan bisa memotivasi anak-anak muda lain agar tidak apatis atau antipati terhadap politik atau parpol. Hal itu karena dari parpollah para wakil rakyat bisa membuat undang-undang yang berapi hak kepada rakyat.

Menurut Suyono, keterlibatan anak muda dalam politik harus dinormalkan. Partai-partai politik pun wajib menggandeng anak-anak muda agar mereka mau terlibat dalam politik praktis.

Cara itu bisa dilakukan dengan parpol sering terjun ke masyarakat tidak hanya saat kampanye, tetapi juga di luar masa kampanye. Bisa juga parpol membentuk organisasi sayap yang khusus diisi pemuda-pemudi.

”Anak muda ini biasanya lebih leluasa, fleksibel, dan lebih komunikatif untuk diajak kerja sama. Dengan begitu, mereka bisa lebih mudah menyuarakan apa yang menjadi aspirasi konstituen. Makanya, yang perlu kita lakukan yaitu mendorong mereka untuk terjun ke masyarakat langsung. Mereka juga bisa menjadi motivasi bagi anak-anak muda lain,” jelas Suyono.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya