SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Harianjogja.com, SLEMAN—Sukses di film pertamanya, Rectoverso, Marcella Zalianty kembali menjajal peruntungan. Jika di film pertamanya dia menggarap secara beramai-ramai bersama beberapa artis lain seperti Acha Septriasa, kini di film keduanya, ia berkesempatan memroduseri sendiri filmnya.

Uniknya, film bartajuk Mantan Terindah merupakan hasil adaptasi sebuah lagu. “Jika di film pertama, kami menggarapnya dari adaptasi buku [novel Rectoverso karya Dewi Lestari], kali ini saya menggarapnya sendiri, adaptasi dari lagu,” ucapnya sesaat sebelum menggelar Road Show Mantan Terindah di Auditorium Fakultas Ilmu Budaya Universitas Gadjah Mada (FIB UGM), Senin (22/9/2014).

Promosi Pramudya Kusumawardana Bukti Kejamnya Netizen Indonesia

Bagi Marcella, film Mantan Terindah memberikan tantangan tersendiri baginya. Bukan hanya lantaran film itu merupakan debutnya sebagai produser, namun film itu juga merupakan adaptasi dari sebuah lagu. Menurutnya, menerjemahkan lagu ke dalam film bukanlah hal mudah, karena lagu sudah memiliki cerita dan tingkat emosional sendiri.

“Dari emosional yang sudah terbentuk itulah, saya mencoba mengorelasikannya dengan pengalaman batin saya dan para pemain film ini,” ucapnya.

Karina Salim, pemeran Nada dalam film tersebut mengakui film Mantan Terindah memiliki tingkat kesulitan yang cukup menantang. Dia mengaku, dalam memerankan tokoh Nada, ia harus banyak belajar. Pasalnya, dalam film itu, tokoh Nada digambarkan sebagai seorang perempuan yang memiliki kemampuan indera keenam. Hal itu sempat membuat Nada menutup diri setelah merasa bersalah atas kematian Otto, kakaknya. Namun pertemuannya dengan tokoh Genta membuatnya kembali memiliki impian dan harapan dari kemampuan yang dimilikinya itu.

“Dalam memerankan Nada, saya harus banyak belajar dan melakukan observasi terhadap orang-orang yang memiliki kemampuan serupa,” ucap Karina.

Edward Akbar yang memerankan tokoh Genta juga mengaku harus melakukan observasi dan penggalian lebih dalam agar bisa menyelami karakter dan penokohan tokoh Genta.”Tak mudah memerankan tokoh Genta yang seorang seniman, penyair, dan memiliki idealisme erhadap karya seni yang dipilihnya,”

tutur Edward.

Begitu pula dengan aktor senior, Ray Sahetapy, yang berperan sebagai Prof. Adi. Berperan sebagai ayah Nada, Ray Sahetapy dituntut bisa menampilkan sosok Prof. Adi yang tidak hanya seorang intelektual, tapi juga seorang ayah.

“Sebagai seorang ayah, sosok Prof. Adi harus bisa memberikan pemahaman kepada anaknya [Nada] agar bisa bangkit dan selalu bersyukur atas apa yang sudah dimilikinya,” katanya.

Dino Hamid, CEO Berlian Entertainment sebagai promotor film mengungkapkan, ide film tersebut berangkat dari kesuksesan konser dan album Yovie Widianto, arranger sekaligus pencipta lagu Mantan Terindah.

“Melihat antusiasme masyarakat Indonesia dalam konser tersebut membuat kami ingin membuat film dari salah satu karya Yovie. Lagu Mantan Terindah dipilih karena tema mantan memang selalu menjadi pembicaraan yang seru diangkat terutama di media sosial,”
paparnya.

Menurut dia, hal ini adalah fenomena menarik. Pasalnya, setiap orang pasti punya kisah di balik mantan, baik itu mantan pacar, sekolah, sahabat, hingga band favorit. Itulah sebabnya sebelum film Mantan Terindah yang akan diputar secara serentak 6 November mendatang, pihaknya menggelar road show untuk sekadar berbagi testimoni para kaum muda terhadap para mantannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya