SOLOPOS.COM - Presiden Jokowi menyapa WNI yang ada di Sydney Australia melalui video conference dari Istana Kepresidenan Bogor, Minggu (6/11/2016) siang. (Istimewa/setkab.go.id)

Mantan Menteri Tedjo Edhi Purdijatno menilai safari Presiden Jokowi sebelum dan sesudah demo 4 November sebagai kegelisahan.

Solopos.com, JAKARTA — Mantan Menteri Koordinator Politik Hukum dan Keamanan (Menko Polhukam) di awal era Jokowi-JK, Tedjo Edhy Purdijatno, menilai safari Presiden Joko Widodo (Jokowi) sebelum dan setelah demo 4 November 2016 sebagai bentuk kegelisahan pemimpin negara.

Promosi Cerita Klaster Pisang Cavendish di Pasuruan, Ubah Lahan Tak Produktif Jadi Cuan

Dia mengingatkan jangan sampai kegelisahan tersebut berlebihan hinggi timbul kesan ingin membenturkan TNI dan Polri dengan masyarakat. Hal tersebut dia katakan menyusul pernyataan Jokowi di Markas Komando Pasukan Khusus (Kopassus), Kamis (10/11/2016). Dalam situasi yang sedang panas, Tedjo menilai pernyataan Jokowi dapat menggerakkan pasukan elite TNI tersebut untuk keperluan khusus cukup berlebihan.

Ekspedisi Mudik 2024

“Saya yakin TNI tidak pernah diajarkan untuk menyakiti rakyat. Kelahiran TNI dari rakyat untuk rakyat,” ujar Tedjo dalam acara diskusi mengenai fungsi TNI dan Polri di kafe kawasan Menteng, Jakarta, Minggu (13/11/2016). Baca juga: Polri Nyatakan Loyal ke Presiden, Sinyal Ada “Ancaman” Terhadap Jokowi?

Tedjo Edhy Purdijatno melihat kunjungan Jokowi dalam satu pekan terakhir ke Markas Kopassus, Korps Brimob Polri, dan Korps Marinir sebagai hal yang sah-sah saja dilakukan. Mengingat Presiden memang pimpinan tertinggi lembaga pertahanan dan keamanan negara. Namun dia mengingatkan agar para pemimpin terus menjaga siatuasi tetap sejuk dan damai.

Sebelumnya, pengamat politik dan intelijen Boni Hargens yakin aksi 411 sarat gerakan politik. Tiga alasan dia kemukakan terkait pernyataannya itu. Pertama, aksi itu berlangsung di tengah momentum Pilkada Jakarta. Kedua, gerakan berjubah agama telah dipelintir untuk melawan pemerintah Jokowi, dan yang ketiga adalah aksi ini dipanaskan oleh konferensi pers Ketua Umum Demokrat Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) di Cikeas pada 2 November 2016.

Putra SBY, Agus Yudhoyono, ikut bertarung dalam kontestasi politik ibu kota. Hadirnya tokoh politik seperti Fahri Hamzah dan calon Wakil Bupati Kabupaten Bekasi Ahmad Dhani dalam gerakan itu mempertegas dugaannya. Selain itu, berdasarkan pengamatan Boni, gerakan besar dalam sejarah biasa memakan simbol kelompok seperti agama, suku, etnik, maupun politik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya