SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Aksi demo 22 Mei dinilai mantan Kepala Badan Intelijen Strategis (Bais) Soleman B Ponto digaungkan untuk kepentingan pihak yang ingin merebut kekuasaan. Soleman menyebutkan bahwa aksi itu berawal dari 17 April 2019.

“[aksi] 22 Mei ini tidak muncul begitu saja, dia pasti berawal dari 17 April. Setelah ada quick count itu kan, mulai dari situ pemanasan sudah mulai. Seruannya ‘mari kita langgar aturan’. Muncul lah agenda ‘ayo kita turun ke jalan’, kan itu,” ujar Soleman.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Soleman menyebutkan saat itu pihak yang membonceng kegiatan ini pun sudah mulai berdatangan. “Sudah mulai dihitung apa yang akan saya dapat dari kegiatan ini. Masing-masing sudah menghitung,” ujar Soleman saat diskusi di Kantor DPP PSI, Jakarta Pusat, Rabu (29/5/2019).

Ekspedisi Mudik 2024

Soleman yakin massa pada 22 Mei dini hari yang memancing kepolisian untuk bergerak dan akhirnya menyebabkan kebakaran di daerah Petamburan, Jakarta Barat. 

“Harapannya FPI keluar, ternyata enggak ada FPI di sana. Pemerintah juga sudah mengawasi jangan sampai ada yang dari luar, sehingga ditutuplah pintu masuk. Begitu terjadi yang kereta ditutup, dari tol ditutup. Yang masuk kan hanya segilintir. Jadi dia terisolasi sehingga polisi tinggal gampang menangkap. Tentu dengan CCTV semakin mudah,” sambung Soleman. 

Menurut Soleman, indikasi kerusuhan sudah semakin jelas mulai dari pihak yang membayar massa, terungkapnya ambulans yang kedapatan menggunakan kamera CCTV, dan sebagainya. Soleman menambahkan ada kemungkinan kecelakaan akibat penggunaan senjata pun mungkin saja dilakukan oleh massa sendiri.

“Tinggal sekarang polisi sampai mana akan membuktikan ini. Karena ini awalnya datang dari proses politik bukan pertempuran murni. Apakah penyelesaiannya dengan proses politik? Sehingga terjadilah pelanggaran hukum yang nantinya akan berhadapan dengan proses hukum yang ada,” terang Soleman. 

Soleman menyayangkan korban remaja yang akhirnya meninggal. Berangkat dari kasus ini, Soleman berharap polisi mengumpulkan data seteliti mungkin agar tidak salah menjatuhkan hukuman. 

“Kalau intelijen kita enak saja, ada indikasi bye bye. Tapi kalau penegak hukum kan enggak bisa, harus jelas apa yang dia langgar, aturan mana,” ujar Soleman yang terakhir berpangkat Laksamana Muda TNI ini.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya