SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Mantan Kapolda Metro Jaya Mochamad Iriawan mengaku merasa aneh atas dugaan dirinya tahu pelaku penyiraman air keras kepada penyidik KPK Novel Baswedan pada 2017 silam. Dia juga membantah dirinya diperiksa oleh Tim Gabungan Pencari Fakta (TGPF) kasus Novel Baswedan.

Munculnya nama perwira bintang tiga itu bermula dari keterangan TGPF kasus penyerangan terhadap Novel Baswedan yang mengaku telah memeriksa seorang perwira polisi.

Promosi Keren, Klaster Usaha Binaan BRI ini Sukses Sulap Batok Kelapa Jadi Kerajinan

Pria yang kerap disapa Iwan Bule itu membantah telah diperiksa TGPF terkait penyerangan air keras ke wajah penyelidik senior KPK itu. Menurut Iwan, kedatangan TGPF terjadi dua bulan lalu di kantornya, Lemhanas.

“Bukan diperiksa tetapi klarifikasi atau ngobrol. Kalau diperiksa itukan di-BAP , tetapi pertemuan saya dengan TGPF tidak ada pemeriksaan,” ujar Sekretaris Utama Lembaga Ketahanan Nasional (Lemhanas) ini dalam keterangannya, Minggu (14/7/2019).

Iriawan mengakui dirinya memang sempat ditanyai perlihal pertemuannya dengan Novel Baswedan oleh TGPF di Polda Metro Jaya. Namun Iwan Bule pun kembali menampik pertemuan tersebut terkait dengan kasus penyiraman air keras.

“Saya diskusi masalah sinergitas Polri dan KPK dalam penanganan korupsi. Kala itu, Novel datang bersama Brigadir Arif, itu sahabatnya dia. Dia anak buah saya di Brimob Polda Metro Jaya. Lewat dia, akhirnya ketemu saya,” beber Iriawan.

Iriawan mengklaim pertemuannya dengan Novel Baswedan kala itu juga terkait dengan penangananan kasus korupsi besar dan dapat masuk ke sektor- sektor yang belum bisa diungkap KPK seperti mafia pangan.

“Itu pertemuan kami di ruang kerja Kapolda Metro. Kemudian saya sempat ditanya oleh TGPF kapan lagi pernah ketemu, saya jawab pernah ke rumah Novel diajak Arif juga karena anaknya Novel lahir, nama anaknya Umar. Saya silaturahmi,” katanya.

Iriawan mengaku dirinya memang sempat mengingatkan Novel Baswedan terkait adanya ancaman kepada penyelidik KPK, namun hanya dalam konteks wajar.

“TGPF mempunyai asumsi bahwa saya ke rumah Novel itu memberi tahu bahwa nanti akan ada yang menganiayai, makanya diingatkan harus hati- hati. Mereka juga berasumsi bahwa saya tahu pelaku penyiraman ke Novel. Ini kan aneh,” tambah Iriawan.

Novel Baswedan diserang oleh orang tidak dikenal pada 2017. Hingga kini, belum diketahui siapa pelaku penyerangan tersebut.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya