SOLOPOS.COM - Sejumlah penari dari sanggar tari Soeryo Soemirat menampilkan tari Golek Sukoreno pada pagelaran Mangkunegaran Performing Art 2013 di Pendapa Pura Mangkunegaran Solo, Jumat (10/5/2013) malam. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Sejumlah penari dari sanggar tari Soeryo Soemirat menampilkan tari Golek Sukoreno pada pagelaran Mangkunegaran Performing Art 2013 di Pendapa Pura Mangkunegaran Solo, Jumat (10/5/2013) malam. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

SOLO — Sembilan penari dari Sanggar Tari Surya Sumirat duduk jengkeng di sebelah barat Pendapa Ageng Pura Mangkunegaran, Jumat (10/5/2013) malam. Saat iringan gamelan mulai dibunyikan, perlahan mereka maju ke tengah pendapa.

Promosi Riwayat Banjir di Semarang Sejak Zaman Belanda

Perhatian ratusan pasang mata langsung tertuju kepada sembilan remaja putri berusia belasan ini. Dengan gayanya yang kenes, salah satu tangannya seolah digunakan sebagai kaca penghias. Di sela-sela mematut diri, kepalanya menegok ke kanan dan kiri.

Beberapa kali penari ini bertukar posisi dengan temannya untuk memberikan variasi visual kepada yang menyaksikan pertunjukan mereka. Sesekali sampur kuning mereka sibakkan dengan gayanya yang gemulai. Hiasan bulu kuning di atas kepala dan pemulas bibir berwarna merah menyala membuat penampilan mereka malam itu tampak menawan.

Sembilan penari remaja putri ini sedang membawakan Tari Golek Sukoreno. Tarian ini menggambarkan sekelompok remaja putri yang sedang beranjak dewasa dan gemar bersolek. Biasanya tarian ini disuguhkan untuk menyambut tamu.

Tari Golek Sukoreno membuka penampilan Mangkunegaran Performing Arts (MPA) 2013. Tarian ini dipersembahkan untuk memberikan kedamaian hati dan kebahagiaan bagi yang datang menyaksikan MPA 2013.

Selain Tari Golek Sukoreno, penonton yang memadati sekeliling Pendapa Pura Mangkunegaran juga menantikan pertunjukan Tari Kupu-kupu, Opera Timun Mas dan kreasi terakhir pendiri Surya Sumirat, Almarhum GPH Herwasto Kusumo, Tari Sobrak.

Sebelum 10 murid Sanggar Surya Sumirat naik pendapa untuk membawakan tarian rampak tersebut, panitia mengajak penonton yang menyaksikan gelaran MPA 2013 untuk mendoakan GPH Herwasto.

Kerabat Keraton Mangkunegaran, KRMH Jatmika Hamijaya Santosa, dalam sambutannya menyampaikan tujuan penyelenggaraan acara ini adalah melestarikan aset budaya kreasi Pura Mangkunegaran.

“Mangkunegaran banyak menghasilkan seni tari, langendrian, pedalangan dan kuliner. Lewat MPA 2013 ini, masyarakat bisa mengenal seni dari Mangkunegaran. Harapannya ke depan agar dapat dilestarikan, dikembangkan, agar bisa dinikmati sepanjang masa,” jelasnya.

Wakil Walikota Solo, Achmad Purnomo, menyatakan keberasaan MPA sebagai bukti eksistensi Budaya jawa di tengah gempuran globalisasi yang tengah marak saat ini.

“MPA diharapkan bisa menjadi karakter dalam pembangunan bangsa. Mari membumikan nilai kehidupan, kemanusiaan, kearifan lokal dalam budaya yang lebih baik,” cetusnya.

Ditemui Solopos.com di sela-sela MPA 2013, penari profesional yang baru-baru ini sukses memerankan Pangeran Sambernyawa di sendratari Matah Ati, Fajar Satriadi, menilai pertunjukan MPA 2013, Jumat malam, merupakan kerja luar biasa yang lahir dari lingkungan yang kreatif.

Fajar optimistis keberadaan MPA bisa melanggengkan keberadaan seni tradisi di Solo. “Saya tidak khawatir tarian-tarian seperti ini akan hilang dari Bumi Surakarta. Karena regenerasi diperkaya dari sekolah, sanggar dan keraton,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya