SOLOPOS.COM - Drip Irrigation System atau sistem irigasi tetes di lahan jagung di Dusun Seneng, Desa Gunung Tumpeng, Kecamatan Karangrayung, Kabupaten Grobogan, Jawa Tengah. (Solopos/Kurniawan)

Solopos.com, SOLO — Salah satu persoalan di sektor pertanian nasional selama ini adalah belum maksimalnya pemanfaatan lahan dikarenakan berbagai kendala teknis.

Mulai dari tidak tersedianya cukup air tanaman, hingga belum adanya komoditas atau varietas jagung yang cocok dengan lahan tadah hujan.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kondisi itu disadari betul oleh produsen benih jagung berkualitas, Syngenta, yang masuk Indonesia sejak 1960. Untuk itu mereka melakukan riset dan pengembangan benih jagung yang cocok dengan kondisi lahan tersebut. Maka lahirlah benih varietas NK Sumo yang mempunyai karakteristik batang yang kuat serta lebih tahan terhadap berbagai jenis penyakit.

Syngenta juga meluncurkan program Drip Irrigation System atau sistem irigasi tetes untuk mengatasi persoalan air untuk pertanian jagung di lahan yang kesulitan air. Seperti diterapkan di Seneng, Desa Gunung Tumpeng, Grobogan.

Ekspedisi Mudik 2024

Di lokasi ini Syngenta berkolaborasi dengan PT Asabi membuat Drip Irrigation System atau sistem irigasi tetes di lahan jagung yang digarap petani. Kehadiran sistem irigasi yang memanfaatkan tenaga gravitasi bumi ini dirasakan sangat membantu para petani.

Baca Juga: Menuju Swasembada Jagung, Syngenta Andalkan Sederet Program Komprehensif

Selama ini, lahan mereka tidak bisa digarap saat musim kemarau karena keterbatasan air. Dengan sistem irigasi ini, petani bisa bercocok tanam jagung sepanjang tahun sehingga produktivitas mereka meningkat.

Menariknya, para petani jagung memanfaatkan lahan hutan yang dikelola Perhutani untuk bercocok tanam atau dikenal dengan istilah agroforestry. Dengan begitu, masyarakat di sekitar kawasan hutan bisa mendapatkan pemasukan tambahan.

Seperti disampaikan Rujiman, 43, petani jagung di Kawasan Hutan Sumo Gunung Tumpeng, Karangrayung, Grobogan. Laki-laki yang sudah 20 tahun menjadi petani jagung itu menuturkan selama ini petani tak bisa menggarap lahan saat kemarau.

Hal itu dikarenakan tidak adanya air yang bisa digunakan untuk memenuhi kebutuhan tanaman. Namun sejak adanya sistem irigasi tetes dari Syngenta, petani bisa menanam jagung pada musim kemarau. Terlebih ada benih jagung NK Sumo dari Syngenta.

Baca Juga: Peternak Ikan di Sleman Bisa Untung Hingga 3 Kali Lipat, Ini Rahasianya

Benih varietas ini sudah ditanam petani beberapa masa tanam terakhir dan dinilai cocok dengan karakteristik lahan di wilayah itu. “Sistem irigasi tetes menyedot air dari mata air, ditampung di toren [tandon], lalu diteteskan ke tanaman jagung,” ujar dia.

Penetesan air dari toren ke tanaman menggunakan selang air yang dilubangi di setiap titiknya sesuai dengan posisi tanaman jagung. Sesuai namanya, air yang diteteskan sistem irigasi itu ke tanaman tidak banyak.

Petani jagung di Dusun Seneng merasa senang dengan sistem irigasi tersebut lantaran menjadi solusi persoalan pada musim kemarau. Terlebih, menurut Rujiman, bertanam jagung pada masa tanam (MT) III atau musim kemarau sebenarnya cukup menjanjikan. Sebab sepengetahuan dia, pada MT III jarang ada penyakit sehingga tanaman bisa tumbuh secara baik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya