SOLOPOS.COM - Anik Purwanti, 40, pengusaha jamur krispi, menunjukkan produknya saat di rumah produksi yang terletak di Dukuh Kedungpanas RT 018/RW 009, Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Kamis (30/6/2022). (Solopos.com/Tri Rahayu)

Solopos.com, SRAGEN — Jamur krispi yang diproduksi pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) asal Dukuh Kedungpanas RT 018/RW 009, Desa Ngarum, Kecamatan Ngrampal, Sragen, Anik Purwanti, 40, bisa go international. Produk jamur krispi dengan merek DuCirja itu sudah tembus di pasar Hong Kong.

Anik memulai usaha jamur krispi setelah berhenti menjadi tenaga kerja wanita (TKW) di Hong Kong selama 4,5 tahun. Usaha jamur krispi itu dirintis Anik pada 7 Juli 2010. Awalnya,  ia berjualan jamur krispi menggunakan gerobak dorong di Alun-alun Sasana Langen Putra Sragen.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Perjuangan Anik cukup berat sebelum memutuskan berwirausaha. Ia sempat tertipu Rp30 juta saat hendak menjadi TKW ke Jepang saat masih gadis. Ia pun nekat menjadi TKW untuk menutup utang Rp30 juta itu dengan menjadi TKW di Singapura selama dua tahun dan belanjut menjadi TKW di Hong Kong selama 4,5 tahun.

Setelah pulang dari TKW dan utang lunas, Anik bersama ibunya merintis jualan jamur krispi di Alun-alun Sragen.

Baca Juga: UMKM di Sragen Ini Temukan Teknik Menggoreng yang Hemat Migor 30 Persen

“Setelah berjalan 3-4 bulan hasilnya belum maksimal. Paling hasilnya habis untuk beli mi ayam. Saat itu saya masih gadis dan berisiko kalau harus pulang jualan malam. Kalau harus membawa ibu saya yang sudah tua juga kasihan. Saya berpikir bagaimana agar tetap di rumah tetapi produk saya yang jalan-jalan,” kisahnya saat berbincang dengan wartawan di kediamannya, Kamis (30/6/2022).

Ide itu muncul setelah ia bertemu dengan mantan TKI asal Sukodono, Asmadi, yang juga merintis UMKM. Dari Asmadi itulah, Anik diajari bagaimana membuat kemasan yang menarik.

Jaringan TKW

Awalnya, Anik masih harus membawa jamur yang telah digoreng ke tempat lain di kecamatan berbeda untuk ditiriskan. Pasalnya saat itu ia belum punya pengering minyak atau spinner.

“Sejak memiliki kemasan sendiri, produk saya sudah bisa dijual ke mana-mana. Saat sebelum pandemi, produk jamur krispi saya bisa sampai Jabodetabek, Kalimantan, dan Soloraya,” jelas Anik yang kini menjadi pengusaha senior dalam Paguyuban UMKM Gading Sukowati Sragen.

Baca Juga: Eks Bupati Sragen Inisiasi E-Learning di SMP & Digitalisasi 6.000 UMKM

Setelah pandemi Covid-19, pasar jamur krispi Anik berubah. Ia kini lebih melayani reseller di Semarang dan sampai ke Hong Kong. Reseller-nya di Hong Kong adalah para TKW.

Anik bergabung dengan Komunitas Aku Harus Jadi Bos (AHJB) yang anggotanya 1.000 TKW dan TKI di Hong Kong. Masing-masing TKW dan TKI itu memiliki produk juga dan mereka bersama-sama saling membantu memasarkan produk.

Anik juga memiliki hingga 20 petani jamur binaan untuk memenuhi kebutuhan produksinya. Setiap hari, ia membutuhkan 25 kg jamur tiram. “Untuk pasokan jamur aman. Kebutuhan dalam jumlah besar pun aman karena ada lumbung bersama di Tangen. Jadi kami pemberdayaan untuk budidaya jamur tiram,” jelasnya.

Anik kini punya dua tenaga kerja yang membantu memproduksi jamur krispi. Selain jamur krispi, Anik juga memproduksi bandeng presto, bawang goreng, pentol jamur, dan kripik usus.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya