SOLOPOS.COM - Adegan dalam pementasan parodi berjudul Mamah Ati yang dimainkan sejumlah pelawak Solo seperti Pecas Ndahe, Paroden Basah, Terawank, Urat Sarap, Nyiurmelambuai serta Max Baihaqi dan Orkes Plasu Minimalis di Ngarsopuro Solo, Rabu (26/9/2012) malam. Pementasan parodi tersebut sebagai bentuk apresiasi para pelawak Solo terhadap kesuksesan pementasan Matah Ati. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Adegan dalam pementasan parodi berjudul Mamah Ati yang dimainkan sejumlah pelawak Solo seperti Pecas Ndahe, Paroden Basah, Terawank, Urat Sarap, Nyiurmelambuai serta Max Baihaqi dan Orkes Plasu Minimalis di Ngarsopuro Solo, Rabu (26/9/2012) malam. Pementasan parodi tersebut sebagai bentuk apresiasi para pelawak Solo terhadap kesuksesan pementasan Matah Ati. (JIBI/SOLOPOS/Burhan Aris Nugraha)

Dibuka dengan penampilan musik humor Pangben, Parodi Matah Ati yang digelar di depan Pasar Triwindu, Ngarsopuro, Rabu (26/9/2012) malam, itu berhasil menyedot perhatian ribuan pengunjung yang datang. Disusul aksi penari kocak dari Tari Gambyong Geer, pentas bertajuk Mamah Ati tersebut menampilkan sejumlah kelompok humor Kota Solo seperti Pecas Ndahe, Paroden Basah, Terawank, Uratsarap, Nyiurmelambuai serta Max Baihaqi dan Orkes Plasu Minimalis.

Promosi Skuad Sinyo Aliandoe Terbaik, Nyaris Berjumpa Maradona di Piala Dunia 1986

Cerita dimulai dengan perbincangan Raden Mas (RM)  Kocrit bersama tiga abdi dalemnya yang diperankan oleh kelompok humor Terawank. Sebagai seorang priyayi, bukannya dihormati, RM Kocrit yang diperankan oleh Kocrit dari Paroden Basah ini malah jadi bulan-bulanan ketiga abdi dalemnya. “Aku iki Raden Mas Kocrit, hla kok malah mbok bancek-bancekne to?” protes Kocrit kepada tiga abdi dalemnya. “Owh, RM kuwi artine Raden Mas to? Tak piker artine rodo mrongos,” timpal Wawin Laura dari Terawank.

Hampir di setiap adegan, penonton diajak tertawa melihat tingkah polah para pemain. Mengangkat kisah percintaan antara RM Kocrit, Rupiyah dan E-Kowi, pentas lawak berdurasi tiga jam itu tak lepas dari guyonan-guyonan segar yang terinspirasi dari tren anak muda saat ini. “Trus guwe harus bilang horok gitu?” celoteh Terawank yang disambut gelak tawa penonton.

Scene  keempat tentang prajurit belanda yang sedang mengatur strategi perang untuk menguasai Kerajaan Ngarsopuran juga tak lepas dari adegan lucu. Bukannya membahas cara mengalahkan kaum Pribumi, Pakde Emil, anggota Pecasndahe yang juga prajurit belanda malah ngoceh tak karuan. “Aku dadi Bisma, koe Doel mirip Rangga, koe [Londo Nyiurmelambuai] Morgan, hla koe [Burhan Pecas Ndahe], mirip Handoko wae” celoteh Pakdhe Emil.

Diiringi penampilan musik dari Plasu Minimal, acara yang sejumlah adegannya merupakan plesetan pertunjukkan Matah Ati itu, ditutup dengan pesta pernikahan Rupiah dan RM Kocrit. Menurut perancang acara, Luthfi Mongol, Kamis (27/9),  malam itu, Sutradara Matah Ati, Atillah Soeryadjaya juga terlihat di antara barisan penonton, meski tak menyaksikan pertunjukkan hingga rampung. “Pertunjukkan ini termasuk wujud apresiasi pelawak Solo terhadap pementasan Matah Ati. Sekaligus kami ingin menghibur warga Solo dengan humor-humor segar yang ekspresif,” tambah Luthfi.

Kian malam, penonton kian memenuhi lokasi pementasan. Hampir semua sisi panggung dipenuhi pengunjung yang penasaran dengan polah tingkah grup humor Solo itu. Bahkan tak sedikit pula penonton yang menyaksikan pementasan Mamah Ati dengan memanjat pohon atau patung yang berada di depan Pasar Triwindu karena tak mendapat tempat duduk. “Saya telat menonton, tapi semua guyonannya benar-benar lucu, bikin ngakak,” ucap, Bidin, salah satu pengunjung yang datang bersama kawan-kawannya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya