SOLOPOS.COM - Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jateng saat mengambil sampel darah keluarga koban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines (MH17), Supartini di Dusun Sidorejo RT 011/RW 002, Munggur, Mojogedang, Karanganyar, Sabtu (19/7/2014). (JIBI/Solopos/Ponco Suseno)

Solopos.com, KARANGANYAR–Tim Disaster Victim Identification (DVI) Polda Jateng mengambil sampel darah keluarga koban jatuhnya pesawat Malaysia Airlines (MH17), Supartini di Dusun Sidorejo RT 011/RW 002, Munggur, Mojogedang, Karanganyar, Sabtu (19/7/2014) pagi. Pengambilan sampel darah tersebut ditujukan untuk mencocokkan kebenaran identitas Supartini yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga (PRT) di Den Haag, Belanda.

Pengambilan sampel keluarga mendiang Supartini dilakukan tiga anggota kepolisian, yakni AKP Aris Prasetyo, Ipda Sukarno dan Teguh Imandoko. Anggota Polda Jateng itu mengambil sampel darah dan air liur orangtua Supartini, yakni Harto Wiyono dan Sriyatun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Sedianya, hasil sampel darah dan air liur itu akan dikirim ke Mabes Polri. Saat pengambilan sampel darah, kedua orangtua korban didampingi adik-adik korban, yakni Murtini dan Paryanti. Pada kesempatan itu, polisi juga mengambil sidik jari keluarga mendiang Supartini sekaligus mengecek sidik jari korban di ijazah sekolah.

“Di sini kami juga memintai keterangan kepada keluarga korban tentang ciri-ciri fisik mendiang Supartini, seperti korban memiliki tahi lalat di atas dahi dan di bawah bibir. Lalu, seluruh jari tangan diberi pewarna serta korban sering menggunakan kalung emas semasa hidupnya. Kami juga meminta foto terakhir korban saat berpose di Bandara Schiphol Belanda melalui ponsel milik adiknya [Paryanti dan Murtini],” tegas AKP Aris Prasetyo, kepada wartawan di sela-sela pengambilan sampel di Mojogedang, Karanganyar.

Sejauh ini, suasana haru masih menyelimuti keluarga korban di Mojogedang. Sejumlah saudara korban hanya bisa menunggu kedatangan jenazah Supartini sebelum dikubur di Mojogedang. Adik korban, yakni Paryanti berjanji bakal mengurus pendidikan anak semata wayang mendiang Supartini, yaitu Morika Sofia, 12.

“Saya tahu berita tentang kakak saya [meninggal] justru dari media. Padahal, tanggal 5 Juli lalu, saya masih berkumpul dan makan bersama merayakan ulang tahun Mbak Supartini yang jatuh tanggal 1 Juli [Ultah ke-39]. Sewaktu di Belanda, Mbak Supartini sempat mengambil kursus bahasa Belanda hingga level II. Sebelum perjalanan pulang itu, Mbak Supartini sempat memamerkan kalung mutiara putih dan kacamata putih. Saat ingin pulang, Mbak Supartini juga berpamitan dengan guru-gurunya di tempat kursus,” kenang adik korban, yakni Paryanti.

Wakil Bupati (Wabup) Karanganyar, Rohadi Widodo, mengatakan turut berbela sungkawa atas meninggalnya Supartini. “Nantinya, kami usahakan untuk melayat ke rumah duka,” katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya