SOLOPOS.COM - Supartini, warga Munggur Karanganyar yang ikut menjadi korban Malaysia Airlines MAS MH17 (Repro/Mariyana Ricky/JIBI/Solopos)

Solopos.com, KARANGANYAR–Malaysia Airlines MH 17, jatuh ditembak rudal, Kamis (17/7/2014) waktu Indonesia. Salah satu korban dalam tragedi MAS MH 17 yakni warga Munggur Karanganyar.

Kantong mata Harto Wiyono tebal, sesekali di sudut mata pria tua itu meneteskan air. Seketika, ia berusaha menghapusnya. Sudah semalaman ia tidak tidur.

Promosi BRI Group Buka Pendaftaran Mudik Asyik Bersama BUMN 2024 untuk 6.441 Orang

Kabar dari televisi yang simpang siur membuatnya terjaga. Dering telepon pukul 10.00 WIB, Jumat (18/7), memastikan kebenaran kabar itu. Putri pertamanya, Supartini dipastikan menjadi korban tewas dalam tragedi penerbangan Malaysia Airlines yang dirudal di angkasa Ukraina, Kamis (17/7).

Seluruh saudara dan kerabat hilir mudik mendatangi kediaman Harto yang terletak di Sidorejo RT 011/RW 002, Desa Munggur, Kecamatan Mojogedang, Karanganyar. Beberapa tetangga menata meja dan kursi, karena tamu tak jua berhenti. Pejabat dari kelurahan, maupun kecamatan mendatangi pria itu sembari menyampaikan ucapan belasungkawa.

Tiga setengah tahun, adalah waktu yang tak singkat menahan rindu kepada putrinya. Sejak 2012, janda beranak satu itu mengadu nasib ke Negara Kincir Angin.

Disusul ke dua adik Supartini yang ikut merantau setahun kemudian. Sang istri, Supriyatun tak lagi bisa berdiri. Sejak kabar itu didengar, ia hanya bisa terbaring lemah di tempat tidur.

Ke dua adik Supartini, sebenarnya turut mudik tahun ini. Hanya saja, mereka tidak pulang bersama-sama. Adik Supartini, Murtini lebih dulu tiba di rumah Rabu (16/7) pagi, dengan menumpang pesawat Singapura Airline.

Sedangkan adiknya yang satu lagi, Paryanti masih dalam perjalanan menuju Indonesia, dengan menggunakan pesawat Emirates Airline.

Whatsapp Terakhir
Murtini tidak menyangka percakapan dengan kakaknya via obrolan whatsapp adalah kali terakhir. Ucapan sampai jumpa di Indonesia kepada sepupunya, Purwanto dianggap bukan firasat kembali bertemu dalam keadaan tak bernyawa.

Purwanto mengungkapkan, Supartini meninggalkan seorang putri berusia 12 tahun, yang saat ini duduk di kelas 1 SMP. Selama ditinggal merantau ke Belanda, anak semata wayangnya itu dititipkan kepada dua orang tuanya.

“Dia selalu mengirimkan uang untuk biaya hidup. Tabungannya sudah bisa dipakai membangun rumah yang cukup bagus,” kata Purwanto.

Merantau ke negeri asing, sudah dilakoninya bertahun silam. Supartini pernah bekerja ke Singapura, Malaysia, Hongkong hingga di Belanda. Ia memutuskan untuk bekerja di Belanda, karena dirasa lebih aman dibandingkan negara sebelumnya.

Disana, status Supartini dan kedua adinya resmi, karena sudah mengantoni ijin tinggal. Mereka merantau secara mandiri tanpa lewat jalur Perusahaan Jasa Tenaga Kerja Indonesia (PJTKI).

Murtini sambil terisak berharap jenazah kakaknya segara kembali ke Indonesia dan dapat dimakamkan dengan layak.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya