SOLOPOS.COM - Orang-orang meletakkan lilin dan bunga di Kedutaan Belanda sebagai tanda simpati untuk para korban pesawat Malaysia Airlines MH17, yang jatuh di Kiev, Ukraina, Kamis (17/7/2014). Pesawat Malaysia Airlines Boeing 777, yang terbang dari Amsterdam ke Kuala Lumpur, ditembak jatuh dan menewaskan 295 orang di dalamnya. (JIBI/Reuters/Valentyn Ogirenko)

Solopos.com, SOLO — Seorang perempuan asal Kampung Kebonan, Kelurahan Sriwedari, Kecamatan Laweyan, menjadi korban jatuhnya pesawat MH17 di Ukraina, Kamis (17/7/2014). Perempuan bernama Yuli Hastini, 44, tersebut meninggal dalam tragedi itu bersama tiga anggota keluarganya yang berniat mudik ke Solo untuk Lebaran dan berziarah ke makam sang ibu.

Satu keluarga yang dikabarkan tewas tersebut adalah Yuli Hastini, 44, John Paulissen (suami Yuli dan seorang warga Belanda), 46, dan kedua anak mereka Arjuna Martin Paulissen, 5, dan Sri Paulissen, 3. Yuli adalah warga ngera Indonesia (WNI) yang menetap di Amsterdam, Belanda. Sedangkan suami dan kedua anaknya berkewarganegaraan Belanda.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Adik ipar Yuli Hastini, Awang Nuryanto, 50, mengaku sebelumnya korban mengirim pesan via email bahwa mereka akan pulang dengan menggunakan pesawat Malaysia Airlines MH17 rute Amsterdam-Kuala Lumpur. Sesuai jadwal, pesawat tersebut tiba di Kuala Lumpur Jumat ini.

Namun, Awang terkejut saat menonton berita di salah satu media yang memberikan kabar bahwa pesawat MH17 jurusan Amsterdam-Kuala Lumpur jatuh ditembak di Ukraina, Kamis malam.

“Sejauh ini kami memang belum mendapatkan pengumuman resmi dari pemerintah. Pagi tadi, istri dan adek saya langsung pergi ke Jakarta untuk melakukan pengecekan lagi. Sebab, kami masih ragu apakah keluarga kami jadi korban,” papar Awang saat ditemui di kediamannya yang ada di Jl. Noyorono No. 29, Kebonan, Sriwedari, Laweyan, Jumat (18/7/2014) pagi.

Selain untuk merayakan Lebaran, menurutnya, korban juga berencana untuk berziarah ke almarhum ibunya, Sri Mulyani, yang meninggal pada November 2013 lalu. Korban juga berencana tinggal selama dua pekan di Solo untuk melepas rindu bersama keluarga. Namun, apa daya takdir berkata lain.

Maklum, saat ibunya meninggal dunia, Yuli Hastini tidak bisa pulang ke Solo. Yuli kali terakhir pulang ke Solo saat ibunya sakit keras pada November 2013. Yuli masih sempati menunggui ibunya yang sakit selama sepekan, namun harus segera kembali ke Belanda untuk bekerja. Tak lama setelah Yuli meninggalkan Indonesia, ibunya meninggal dunia.

Awang pun mendesak supaya maskapai penerbangan Malaysia Airlines bertanggung jawab terhadap tewasnya keluarganya. Selain itu, dirinya juga meminta supaya maskapai memberikan informasi yang sejelas-jelasnya kepada keluarga. “Kami berharap agar maskapai Malaysia Airlines bertangung jawab. Mulai dari pengurusan jenazah seperti identifikasi sampai pemulangan jenazah,” desaknya.

Sementara, keponakan Yuli, Meidi Putri Ariyani, 16, mengaku korban adalah sosok yang baik hati. “Tante saya dan keluarganya sangat baik hati. Saya tidak menyangka itu terjadi. Sebelumnya, saya sempat terbangun pada Jumat dini hari setelah tahu kabar bahwa pesawat yang ditumpangi tante saya jatuh karena ditembak,” jelasnya kepada wartawan di kediamannya, Jumat.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya