SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Tampak penguasa laut Selatan, Nyi Roro Kidul dengan baju kerajaannya yang bewarna hijau. Di depannya, terlihat barisan para bergodo memanggul sesaji dalam sebuah jodhang, empat tetua, dan gunungan yang berisi sayur mayur hasil pertanian.

Sekitar pukul 22.00 WIB, Sabtu (26/11) malam, mereka mulai memasuki Pantai Samas di Dusun Ngepet, Srigading, Kecamatan Sanden, setelah berjalan kurang lebih sepanjang satu kilometer.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Awalnya  mereka berkumpul di Dusun Tegalrejo, lalu berjalan ke pantai tersebut untuk mempersembahkan hasil bumi kepada Sang Pencipta dalam tradisi Mahesa Suro, sebuah peringatan untuk malam 1 Suro.

Sesampainya di pantai, sesaji dalam jodhang berupa pisang, ayam ingkung, dan nasi tumpeng dikeluarkan. Selanjutnya ditata sedemikian rupa di pinggir pantai yang hanya berjarak beberapa meter dengan laut.

Seorang kaum di desa tersebut, Karyono kemudian memimpin ritual itu dengan menghadap ke laut, sementara ratusan warga mengelilinginya.

Beberapa perempuan dengan pakaian jawa lalu menaburkan bunga setaman mendekati laut. Karyono, memanjatkan doa, tangannya menengadah ke langit. Bakaran dupa membuat suasana semakin wingit. Tak lama, tongkat, yang berada di depannya dicabut. Seekor kerbau buatan lalu mengamuk di depan warga. Tapi dapat dijinakan oleh Karyono dan para tetua lainnya. Setelah itu, warga berebut gunungan dan sesaji. Tradisi ini konon bermula dari datangnya seekor kerbau dari laut ketika tirakatan malam Suro.

Seorang keturunan kerajaan, Ki Bekel Kentol Secowijo, penguasa wilayah seputar Samas, yang bisa menjinakannya.

Kerbau tersebut ternyata memberikan berkah bagi desa. Daerah yang tadinya tandus, kemudian dapat ditanami padi. Jumlah kerbau yang awalnya hanya satu, dua, lambat laun bertambah banyak dan dimanfaatkan warga untuk membajak sawah.

“Awalnya, dulu cuma sesaji saja, mulai 2009 dikemas menjadi seni pertunjukan dengan menambah adanya penampilan Nyi Roro Kidul dan gunungan,” kata Kepala Desa Srigading Dwi Raharjo seusai acara. Warga meyakini peringatan malam 1 Suro dapat terus memberikan berkah bagi desa, yang tiap tahunnya kehidupan ekonomi desa semakin meningkat.

Kemasan tradisi yang semakin apik itu pun meningkatkan antusias warga di luar desa untuk menyaksikannya, meski terbilang cukup jauh dan jalan yang cukup gelap karena kurangnya lampu penarangan jalan di wilayah tersebut.

Seorang mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta, Bram Anditya mengaku telah datang ke lokasi bersama puluhan temannya jauh sebelum acara dimulai. Mereka datang selain penasaran juga dalam rangka mengerjakan tugas kuliah.(Harian Jogja/Andreas Tri Pamungkas)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya