Solopos.com, SUKOHARJO — Sekitar 1.000 warga dari Pajang dan sekitarnya mengikuti peringatan 1 Sura atau 1 Muharam yang digelar Keraton Pajang, Kecamatan Kartasura, Sukoharjo, Senin (4/11/2013) malam. Namun sejumlah raja dari Kelantan, Malaysia yang diundang tak ada yang hadir.
“Wakil dari Aceh dan Padang yang kami undang juga hadir. Tetapi yang dari Kerajaan Kelantan di Malaysia tidak bisa hadir. Sebab di sana atanya baru ada pemilu daerah. Mungkin kalau di sini semacam pemilihan kepala daerah (pilkada),” ujar Raja Demak, Suryo Alam Joyokusumo ketika memberi sabutan pada peringatan 1 Syuro di Keraton Pajang.
Promosi Beli Emas Bonus Mobil, Pegadaian Serahkan Reward Mobil Brio untuk Nasabah Loyal
Menurut dia peringatan semacam ini dilakukan guna memelihara budaya bangsa yang dinilai adi luhung agar tak tergilas dengan budaya barat yang santer menyerbu Indonesia. Dikhawatirkan jika tradisi semacam itu tak dipelihara dengan baik akan tinggal nama atau punah.
Sementara itu Adipati Keraton Pajang, Suradi Joyonegoro menambahkan peringatan semacam ini sudah kali ketiga digelar. Namun dia mengakui peringatan tahun ini tak semeriah tahun lalu.
Karena tahun lalu pihaknya mengirabkan pusaka-pusaka miliknya, keliling Keraton Pajang. Karena saat ini cuaca dinilai sedang tak bersahabat.
“Sekarang ini kalau sore hari sering kali turun hujan. Oleh sebab itu kami memutuskan meniadakan kirab pusaka. Sebagai gantinya kami mengadakan selawatan bersama seribuan aggota Majelis Al Hidayah,” kata dia.
Selain itu pihaknya kemarin juga memberi gelar kepada delapan warga sekitar yang dinilai telah berjasa kepada Keraton Pajang. Diharapkan dengan pemberian gelar itu mereka akan lebih semagat dalam membantu Keraton Pajang.
Pada bagian lain peringatan 1 Muharam yang digelar di Keraton Pajang menimbulkan tanda tanya. Sebab di sebelahnya sejumlah warga mengadakan ritual peringatan 1 Syuro sendiri.
Mereka mengklaim letak keraton yang tepat adalah di tempat mereka mengaedakan ritual mengganti songsong ageng (payung besar). “Kami sengaja mengadakan acara ini di petilasan ini, sebab letak Keraton Pajang yang benar itu yang di sini,” ujar Juru Kunci Petilasan, Edy Djasmin Surjodiprodjo, 70, ketika ditemui secara terpisah.
Sedangkan Suradi yang diintai konfirmasi hal ini tak mempermasalahkannya. Dia menilai ritual yang dilakukan sejumlah warga di petilasan mendukung acaranya.