SOLOPOS.COM - Ilustrasi keracunan. (Freepik)

Solopos.com, WONOGIRI — Dinas Kesehatan (Dinkes) Wonogiri menyebut kejadian 20 siswa SDN 3 Balepanjang, Kecamatan Baturetno, Kabupaten Wonogiri yang diduga keracunan jajanan yang dibeli dari pedagang keliling di sekolah sebagai pelajaran bersama. Dinkes enggan menyalahkan pihak manapun atas kejadian tersebut.

Kepala Dinkes Wonogiri, Setyarini, mengatakan saat ini semua siswa yang diduga keracunan itu sudah sehat seperti sedia kala. Perihal penyebab mereka mengalami mual dan muntah masih diselidiki. Makanan yang diduga menjadi penyebab siswa mual dan muntah hingga sesak napas masih diuji sampel.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Ada sejumlah sampel yang digunakan untuk diuji di laboratorium, seperti aci telur (cilok), mayones, saus cilor, bumbu bubuk, dan sampel muntahan siswa. Sampel itu telah dikirim ke Balai Laboratorium Kesehatan dan Pengujian Alat Kesehatan Provinsi Jawa Tengah.

“Tentu kami tidak bisa menyalahkan siapa-siapa. Penjual cilor itu pun belum tentu salah. Kalau pun benar keracunan karena itu kan enggak mungkin penjualnya sengaja ada niatan meracuni pembeli, wong dia itu cari nafkah,” kata Setyarini kepada Solopos.com, Jumat (18/11/2022).

Menurut dia, kejadian itu merupakan musibah dan unsur kesengajaannya sangat kecil. Dinkes mengklaim secara rutin, setahun tiga kali memeriksa makanan yang dijajakan siswa di sekolah meski menggunakan metode sampling.

Baca Juga: 20 Siswa SDN 3 Balepanjang Wonogiri Keracunan, Omzet Pedagang Keliling Anjlok

Selama pemeriksaan, Dinkes tidak menemukan bahan-bahan berbahaya yang melebihi ambang batas aman pada makanan yang dijajakan di sekolah.

“Kami sudah bekerja sama dengan Dinas KUKM untuk memastikan para pedagang ini menjual dagangannya tidak berbahaya. Pelaku UMK [usaha kecil menengah] kan sekarang sudah punya izin semua, harus berizin,” ujar dia.

Lagi pula, lanjut Setyarini, tugas menjaga kesehatan makanan harus merupakan tugas bersama, mulai dari guru, siswa, wali murid, hingga pedagang di sekolah. Sehingga hal itu tidak bisa dibebankan kepada Dinkes saja. 

“Kami tidak bisa menyalahkan siapapun. Ini pelajaran bersama untuk kita semua agar berhati-hati, apalagi masalah anak-anak,” ucap Setyarini.

Baca Juga: 20 Siswa SD Keracunan, Disdik Wonogiri bakal Evaluasi Penerapan PHBS di Sekolah

Kendati begitu, dia tidak memungkiri jika banyak kasus keracunan anak-anak di Indonesia disebabkan oleh jajanan yang dijajakan pedagang keliling. Hal itu bisa jadi karena proses pembuatan makanan tidak higienis atau bisa saja cara pengolahan bahan makanan tersebut keliru.

“Makanan yang relatif mudah menyebabkan keracunan itu yang bahan dasarnya daging, apalagi kalau mengolahnya tidak benar. Kami tidak bisa menilai ya, apakah kalau pedagang keliling di Wonogiri makanannya higienis atau tidak. Namun sejauh ini, baru kemarin ada kejadian anak SD keracunan diduga karena makanan yang dibeli di sekolah,” ungkapnya.

Pedagang keliling asal Desa Tirtosworo, Kecamatan Giriwoyo, Kabupaten Wonogiri, Dwi Kristiyanto, mengaku terimbas atas kejadian 20 siswa SDN 3 Balepanjang yang diduga keracunan cilor.

Sebagai pedagang keliling yang menjajakan sosis telur di beberapa sekolah di Kecamatan Giriwoyo setiap pagi hingga siang, Krisyanto kini tidak diizinkan berjualan berjualan di beberapa sekolah SD. 

Baca Juga: Polres Wonogiri Tangani Kasus Keracunan 20 Siswa SDN 3 Balepanjang Wonogiri

Banyak guru, orang tua, dan siswa menganggap makanan yang dijual pedagang keliling itu berbahaya dan tidak sehat. Padahal menurutnya hal itu tidak benar. Dia selalu menjaga kebersihan makanan, mulai dari pengolahan hingga penyajian. 

“Kalau masalah kebersihan, selama ini saya selalu mengutamakan kebersihan. Bahan-bahannya higienis, bahkan baru. Kalau ada bahan yang layu atau sisa kemarin, langsung saya buang, tidak saya pakai. Pedagang-pedagang lain yang biasa berjualan dengan saya pun begitu, kami tetap mengutamakan kebersihan. Bahkan kalau ada sidak pun, saya siap dicek,” kata Kristiyanto.

Dia menilai, justru tidak jarang kantin-kanti sekolah yang kurang menjaga kebersihannya. Sebab saking ramainya kantin, penjual kadang lalai menjaga kehigienisan makanan. 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya