SOLOPOS.COM - Aktivitas di warung makan Pak Rudy 21 di Wirun, Mojolaban, Sukoharjo, Rabu (29/6/2022). (Solopos-Magdalena Naviriana Putri)

Solopos.com, SUKOHARJO — Berdiri sejak 2008, warung makan Pak Rudy 21 yang ada di Godean, Desa Wirun, Kecamatan Mojolaban, Sukoharjo, kini menjadi jujukan para pecinta kuliner dari berbagai wilayah. Tempat makan ala ndeso itu sempat viral di media sosial lantaran suasana dapurnya yang jadul serta menu kuliner yang sangat beragam.

Pemilik warung makan Rudy 21, Rudianto, mengungkapkan pemilihan nama Rudy 21 diambil dari jumlah masakan yang disediakannya setiap hari. “Ini istilahnya kalau warung lagi berkembang ini masa berbuah saya, tinggal menikmati. Kalau warungnya kan sudah lama, tapi baru viral selama dua tahun terakhir. Dulu saya juga ikut membuat genting, PS itu, warung, kalau malam istri saya masih menjahit, banyak dulu pekerjaan saya,” kata dia, saat ditemui Solopos.com di warungnya. Rabu (29/6/2022).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sebagai informasi, warung makan Rudy 21 sempat viral karena harga makanan ramah di kantong yaitu Rp5.000 per porsi dan banyaknya pilihan lauk. Dengan harga itu pengunjung diperbolehkan makan nasi sayur sepuasnya dengan konsep pokwe (jipuk dewe) alias ambil sendiri. Namun jika makanan tak habis, pengunjung diharuskan membayar sejumlah Rp7.000.

Dalam menjalankan usahanya, Rudi, sapaan akrab Rudianto, mempekerjakan para janda di daerahnya sebagai juru masak untuk warungnya. “Dulu ada enam janda yang jadi koki. Kenapa dipilih janda, dalam agama saya kalau membantu janda kita juga akan mendapat berkah. Sekaligus yang kedua masakannya sudah terbukti enak,” jelasnya.

Baca juga: Rahasia Lezatnya Tengkleng Warung Mbak Diah Sukoharjo Favorit Pak Harto

Dia menambahkan awalnya para janda yang ikut bekerja di warungnya berusia 40 hingga 60an tahun. Namun kini hanya tersisa empat orang lantaran usia yang sudah menua sehingga ada yang tidak diperbolehkan anaknya melanjutkan bekerja. Selain itu ada pula yang sudah meninggal dunia.

Kini Rudi memperkerjakan 15 orang dengan tugas masing-masing, ada yang memasak, melayani, hingga menjadi kasir dan juru parkir. Beberapa pekerja yang bertugas di dapur dia pilih dari kalangan juru masak di kampung-kampung saat hajatan. Ada yang berasal dari warga sekitar adapula yang berasal dari Wonogiri dan daerah lainnya.

Rudi berharap dapat bermanfaat bagi banyak orang terutama karyawan dan para pelanggannya. Rudi yang mengaku gagap teknologi alias gaptek itu juga tak menyangka kini warungnya terus didatangi pembeli dari berbagai daerah.

Baca juga: Wow! Warung Makan Mbak Toen Habiskan 15 Kg Keong Sawah untuk Nasi Pecel

Dia mengisahkan awalnya usaha yang digelutinya di lokasi itu berupa warung playstation (PS) lalu berkembang menjadi warung makakn yang menyedian aneka masakan.

“Dulu sebelum jadi warung [makan], tahun 2002 sampai 2008 itu di sini jadi warung PS. Trus yang pada main itu kan laper trus tak jualin jajanan, nasi kucing, gorengan trus tak tambahin sayur. Ternyata yang beli tidak hanya yang main PS, trus tak tambah-tambah terus sayurnya,” katanya.

Melihat potensi warungnya yang semakin ramai pada 2008 Rudi memutuskan memilih fokus pada warung makan dan menutup warung PS.

Salah satu pekerja di warung Rudi 21, Marsini, 60, mengaku telah lama ikut bekerja di warung itu sejak kali pertama dibuka. “Kalau 21 sayur itu lebih sebenarnya, soalnya biasanya sampai masak double-double. Sayur apa pun pasti laku. Sehari kalau nasi bisa bikin 25-30 kilogram. Tapi kalau ada pesanan ya bisa lebih. Cabai saja sehari bisa enam kilogram. Kalau kayu bakar biasanya satu minggu dua kol,” jelas dia.

Baca juga: Murah! Harga di Warung Tengkleng Ndas Kambing Klaten Mulai Rp22.000

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya