SOLOPOS.COM - kompleks permakaman Kuncen, Kecamatan Wirobrajan, Jogja. (JIBI/Harian Jogja/MG. Noviarizal Fernandez)

Hari Pahlawan rutin diperingati setiap 10 November. Namun, ada pejuang-pejuang yang terlupakan.

Di kompleks permakaman Kuncen, Kecamatan Wirobrajan, Jogja misalnya. Pada Jumat (8/11/2013) siang, yang hadir hanya nuansa sepi, dan tenang, tanpa kehadiran satu orang peziarah pun.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Di ambang makam, sedikit ke arah kiri, ada dua papan berwarna biru yang menerakan nama Hadji Oemar Said (HOS) Tjokroaminoto, pejuang kemerdekaan, mantan pemilik indekos tempat Bung Karno, Muso (Pimpinan PKI) dan SM Kartosuwiryo (Pimpinan Negara Islam Indonesia).

Di sebelahnya, ada pula nama H. Fachrudin tokoh Muhammadiyah yang juga turut diangkat sebagai pahlawan nasional. Lantaran merupakan pahlawan nasional, makam keduanya mudah dikenali dan terlihat terawat.

Kondisi berbeda terlihat pada makam para pejuang yang tidak tercatat sebagai pahlawan nasional.

Kebiasaan di Jogja, setiap makam pejuang, biasanya ditancapkan sebuah pancang berbentuk tiang bendera, lengkap dengan bendera Merah Putih kecil. Jika sang pejuang tersebut merupakan anggota laskar, tiang pancang setinggi kira-kira setengah meter tersebut hanya bewujud bambu runcing.

Di permakaman Kuncen, persis di belakang Masjid Kuncen, ada sekurang-kurangnya 12 makam yang memiliki ciri khas pejuang. Ada yang berpangkat Letnan Satu (Lettu) ada yang berpangkat Ajun Komisaris Besar Polisi (AKBP), ada pula yang tidak terdapat tanda kepangkatan pada nisannya.

“Kalau ditanya jumlah pejuang yang dimakamkan di sini, saya tidak hafal persis. Sangat banyak,” terang Warsidah, 63, salah seorang juru kunci permakaman Kuncen.

Wanita bertubuh mungil itu, sudah berkarya di lokasi tersebut sejak 1985. Sebelumnya, ibunyalah yang mengemban tanggung jawab tersebut.

Idah, begitu ia biasa disapa memperkirakan, jumlah pejuang yang dikebumikan di lokasi tersebut bisa lebih dari 100 orang. Alasannya, kompleks permakaman Kuncen terdiri dari 32 blok. Jika berandai-andai, luasnya mencapai tiga lapangan sepak bola.

Istri dari Sufil, 66, tersebut membenarkan, cara mudah mengenali makam pejuang dari pancang berwujud bambu runcing atau tiang bendera. Hanya, katanya, tidak semua pancang tersebut dalam keadaan utuh.

“Ada yang terbuat dari pipa paralon, sudah patah sehingga tidak kelihatan kalau itu adalah makam pejuang. Pancang-pancang itu dibuat dan ditempatkan oleh ahli waris makam,” jelas Idah, saat ditemui di ruang tamu rumahnya, tidak jauh dari kompleks makam.

Lantaran karena diusahakan oleh para ahli waris, tentu saja Idah tidak mengetahui cerita sejarah kepahlawanan para pejuang tersebut. Dia memperkirakan Legiun Veteran Republik Indonesia (LVRI) memiliki keterangan lengkap terkait para pejuang tersebut.

Pantauan di lokasi permakaman, makam-makam pejuang tersebut sejatinya masih terawat meski terkesan kusam lantaran berbalut debu yang terpercik akibat turunnya hujan. Ada yang masih menggunakan kijing batu, tapi tidak sedikit yang menggunakan keramik.

Kata Idah, sebagai juru kunci, mereka tidak setiap saat membersihkan kompleks permakaman. Hanya sesekali saja, jika rumput terlihat sudah tinggi dan menimbulkan kesan kumuh.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya