SOLOPOS.COM - Megawati mengunjungi makam Bung Karno, Minggu (31/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Irfan Anshori)

Makam Bung Karno terus dibanjiri para peziarah. Inilah kesaksian sang juru kunci.

Madiunpos.com, BLITAR – Bulan Ramadan merupakan bulan penuh berkah. Tak terkecuali dirasakan Juni, 40. Pada Ramadan dua tahun lalu, ia harus meninggalkan status karyawan lepas di Kantor Dinas Pariwisata Kota Blitar.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Pria asal Jalan Ciliwung Kota Blitar saat itu dipercaya pemerintah setempat untuk menjadi juru kunci Makam Sukarno atau Bung Karno di Bendogerit, Kota Blitar. Ia tidak menolak atau menyesalinya. Sebaliknya, bangga.

“Bagi saya tugas ini membanggakan,” kata Juni di sela-sela tugasnya sebagai juru kunci makam presiden Indonesia yang pertama, Jumat (3/7/2015).

Juni pantas merasakan kebanggaan karena merupakan satu di antara warga Blitar yang dipercaya mengemban tugas menjaga Makam Sang Proklamator ini.

“Saya yang orang kecil, dipercaya menjadi juru kunci orang nomor satu di Indonesia. Senang,” katanya.

Setiap bulan, Juni mendapat gaji dari Dinas Pariwisata Kota Blitar sebesar Rp 1,2 juta per bulan. Dia juga kerap mendapat rezeki dari pengunjung makam.

“Ini pekerjaan yang tidak akan saya tinggalkan selama hidup saya ,” tambahnya.

Bagi Juni, pekerjaan sebagai seorang juru kunci selain bertugas memandu peziarah berdoa, namun juga harus mempunyai wawasan luas tentang sejarah Bung Karno beserta keluarga besarnya.

Karakter peziarah pun juga bervariasi. Dari yang sekedar mengirim doa, meminta ‘petunjuk’ Bung Karno dengan bertapa sampai menyajikan sesaji dengan beragam bunga dan dupa.

“Semua harus dihadapi dengan ramah asalkan sesuai petunjuk dari Dinas Pariwisata dan tidak menyalahi norma yang ada,” kata bapak dua anak ini dengan tersenyum.

Bahkan Juni memiliki cerita unik selama menjadi juru kunci. Menurutnya tak sedikit, peziarah yang datang mengaku sebagai keluarga Bung Karno.

“Tapi saya  menanggapinya biasa saja. Jika dihitung selama 2 tahun bertugas, ada sekitar 20-an orang yang mengaku sebagai anak kandung Bung Karno,” katanya.

Mereka yang mengaku keluarga presiden Indonesia pertama itu tersebar dari berbagai daerah. “Ada yang datang dari Medan, Ende, Lampung bahkan Belanda,” katanya.

Saat berbincang dengan Juni di komplek makam, ada seorang wanita paruh baya menangis di batu nisan Bung Karno sembari membaca Surat Yasin.

Selesai berdoa, wanita bernama Maryati asal Lampung itu mengaku sebagai anak kandung Bung Karno kepada peziarah lainnya. Setelah itu, Maryati pamitan meninggalkan komplek makam.

“Ya seperti itu, banyak sekali yang ngaku keluarga Bung Karno,” kata Juni.

Juru kunci makam ayah Megawati Sukarno Putri ini ada tiga orang, termasuk Juni. Mereka dibagi sesuai jadwal dan liburnya secara bergiliran.

Juni berniat tidak mau pindah kerja di tempat lain walaupun mendapat gaji lebih tinggi. “Di tempat inilah saya merasa mendapat kehidupan yang barokah bagi saya, terutama bagi keluarga saya,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya