SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Ramadan tak lengkap melewatkan salat tarawih di Masjid Gedhe Kauman. Masjid legendaris ini menjadi bukti kejayaan syiar Islam di era Kasultanan Ngayogyakarto Hadiningrat. Masjid cagar budaya ini juga menjadi ikon wisata Jogja.

Masjid Gedhe Kauman merupakan masjid tertua di Jogja. Sejarah mencatat, bangunan bergaya klasik Jawa ini dibangun pada hari Ahad wage 29 Mei 1773 M atau 6 Rabiul Akhir 1187 H di masa pemerintahan Sri Sultan Hamengku Buwono I (1755-1792 M).

Promosi Era Emas SEA Games 1991 dan Cerita Fachri Kabur dari Timnas

Bangunan masjid  didirikan di pusat (ibukota) kerajaan dan berdasarkan pada  perencanaan ruang Jogja yang konon bertumpu pada pada konsep taqwa.

Ketua Dewan Takmir Masjid Agung yang juga merupakan Imam Besar Masjid, Budi Setiawan,  menjelaskan Masjid Gedhe juga menjadi simbol sejarah peradaban Islam.. Banyak peristiwa penting yang dimulai dari bangunan religi yang megah ini.

“1 Mei 1998 lalu, momentum keterlibatan Masjid Gedhe pada reformasi mungkin tidak banyak yang tahu. Pergerakan mahasiswa berawal dari tempat ini,” kata dia kepada Harian Jogja, kemarin.

Menurut dia, saat itu para tokoh mahasiswa perlu merangkul pihak Masjid untuk memperkuat barisan dan berlandaskan pada nilai kebenaran setelah pada 20 Mei 2008 aksi demonstrasi merebak di berbagai daerah di Indonesia.

Masjid Gedhe juga menjadi jujukan penelitian dan studi. Ini tak lepas dari gaya arsitektur bangunannya yang masih terjaga keasliannya.Belum lama Masjid Gedhe menerima kunjungan studi dan penelitian dari kelompok Multikultural yang dinaungi oleh Departemen Agama RI.

Hadir pada kesempatan itu, para tokoh multi agama dan mahasiswa yang berjumlah sekitar 40 orang dengan latar belakang kultur dan agama yang berbeda. Kunjungan serupa juga dilakukan  Organisasi Multi Kultural dan Religi tingkat Dunia.

Sekitar 30 orang kala itu mempelajari filosofi masjid dengan simbol kental akan tradisi jawa yang kuat. Mereka terdiri dari mantan diplomat yang usianya sekitar 60-an tahun, dan berasal berbagai penjuru di Eropa, dan Asia, seperti Jepang juga dari Australia.

 “Masjid Gedhe punya dua acara besar, yaitu Ramadan dan Sekaten. Kalau untuk Ramadan cenderung pada ibadah rohani, namun untuk sekaten lebih bersifat massal dan merupakan hiburan rakyat yang bernuansa tradisi dan religi sehingga pihak takmir mempersiapkan acara tersebut dengan melakukan pembenahan dan kebersihan berkala” ujar Budi
 
Kebersamaan penguasa dan rakyat

Pembangunan Masjid Gedhe tak lepas dari peran Keraton Ngayogyokarto Hadiningrat. Sultan HB I kala itu, sengaja membangun Masjid sebagai tempat syiar Islam. Tempat ini juga menjadi wadah kebersamaan keraton dalam hal ini penguasa dengan rakyatnya.

Di tempat inilah, rakyat bersama sama beribadah tanpa memandang derajat sosialnya.  Disini pula berbagai kegiatan adat keraton di gelar. Dengan luas areal 16.000 meter persegi, kompleks masjid Gedhe mampu menampung menampung tak kurang dari 3.500 orang.

Yakni., ruang utama (salat) sekitar utama 900-1000 jamaah, serambi Masjid 1000 jamaah dan halaman masjid mampu menampung sekitar 1.500 jamaah.

Sarat sejarah
Masjid Gedhe juga memiliki berbagai predikat. Diantaranya, seperti Masjid Raya DIY, Masjid Kagungan Dalem Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat dan Masjid Cagar Budaya Bangsa Indonesia.

Masjid ini juga menjadi saksi sejarah akan sederet peristiwa penting dimasa lalu. Diantaranya, KH.A Dahlan sewaktu menjabat sebagai ulama keraton sata itu telah mengkoreksi arah kiblat yang memiliki selisih kemiringan 23 derajat.

Pada masa revolusi, Masjid Gedhe sering digunakan TNI bersama pasukan pribumi lainnya untuk bertemu dan menyusun strategi.Para pahlawan Hizbullah yang gugur saat agresi Belanda akhirnya dimakamkan di sisi barat masjid Gedhe Kauman, termasuk Pahlawan Nasional Nyai Hj Ahmad Dahlan juga dimakamkan disitu.

Pada era 1966, Masjid Gedhe juga menjadi sarana perjuangan Komponen Angkatan 66 yang tergabung dalam KAMI (Kesatuan Aksi Mahasiswa Indonesia), KAPPI Kesatuan Aksi Pemuda Pelajar Indonesia dalam menumbangkan Orde Lama dan membubarkan PKI. Demikian pula perjuangan Angkatan Muda pada saat reformasi dalam menumbangkan rezim orde baru.(Wartawan Harian Jogja/Siwaratri Erawati)

HARJO CETAK

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya