SOLOPOS.COM - Pengajar majelis taklim Al Khowas Muhammad Hafiun (kanan) berfoto bersama dengan salah satu anaknya di depan rumahnya yang ada di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, Selasa (10/9/2019). (Harian Jogja-Hafit Yudi Suprobo)

Solopos.com, SLEMAN — Majelis Taklim Al Khowas angkat bicara soal penggerudukan oleh Front Jihad Islam (FJI). Majelis (sebelumnya disebut pondok pesantren) tersebut membantah tudingan sesat yang menjadi alasan penggerudukan tersebut.

Pengajar Majelis Taklim Al Khowas, Muhammad Hafiun, menegaskan majelis taklim yang berlokasi di di Dusun Sambisari, Desa Purwomartani, Kecamatan Kalasan, Sleman, itu bukan merupakan sebuah pondok pesantren seperti yang sudah diberitakan sebelumnya. Majelis taklim tersebut sebelumnya digeruduk oleh FJI karena dituding mengajarkan kesesatan.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Saya dari dulu mengatakan jika majelis taklim ini bukan ponpes, kalau ponpes itu harus ada bangunan yang sempurna, ada silabus dan kurikulumnya, pendanaannya juga harus jelas dan harus terdaftar di Kemenag. Ini adalah sebuah majelis zikir dan mujahadah, tapi memang masyarakat selama ini mengenal Al Khowas sebagai pondok, dan itu juga sah-sah saja kami juga tidak melarangnya. Majelis zikir tidak perlu izin,” kata Hafiun kepada Harianjogja.com saat jumpa pers di halaman rumahnya, Selasa (10/9/2019).

Konferensi pers tersebut disaksikan beberapa pihak seperti petugas Kantor Urusan Agama (KUA) setempat, Pemkab Sleman, Banser NU, hingga aparat TNI-Polri. Hafiun mengakui majelis taklim tersebut memang menampung orang-orang yang mengaji dan rumahnya memang jaraknya lumayan jauh, seperti dari Wonosari, Gunungkidul.

“Bagi mereka yang rumahnya jauh kami memang punya tempat untuk menampung mereka untuk tidur sementara sampai salat subuh kemudian pulang ke rumahnya masing-masing,” ujarnya.

Sedangkan mengenai tudingan bahwa majelis taklimnya melakukan tindak pelecehan seksual bahkan meminum minuman keras hingga mabuk seperti dituduhkan FJI, Hafiun menegaskan hal itu tidak benar.

“Mana ada pelecehan seksual, di kompleks majelis taklim juga tidak ada satu pun perempuan di dalamnya, tidak ada santri perempuan di sini. Kalaupun ada, itu istri-istri para jemaah yang sedang masak bareng untuk makan ketika ada pengajian atau acara,” kata Hafiun.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya