SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Solopos.com, JAKARTA — Perdana Menteri Malaysia Mahathir Mohamad memperingatkan Filipina agar tak jatuh dalam jebakan utang China. Menurut Mahathir, negera seperti Filipina harus meregulasi dan membatasi pengaruh dari China.

“Jika Anda meminjam uang dalam jumlah besar dari China, kemudian Anda tak sanggup melunasinya, pihak peminjam akan berada di bawah kontrol pemberi pinjaman. Jadi, kita harus berhati-hati soal itu,” kata Mahathir kepada ABS-CBN News di tengah-tengah kunjungan 2 hari di Filipina, seperti dilansir The Straits Times, Jumat (8/3/2019).

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Sejak mendapuk kursi nomor wahid pemerintahan Malaysia tahun lalu, Mahathir telah berkali-kali bersumpah untuk merenegosiasi atau membatalkan kesepakatan infrastruktur dengan China yang dibuat oleh pendahulunya, Najib Razak. Dia menilai kesepakatan-kesepakatan itu tak adil bagi Malaysia.

Pemerintahannya sampai saat ini masih melobi China supaya menurunkan nilai proyek East Cost Rail Link sebesar US$20 miliar (Rp285 triliun). Renegosiasi ini telah berlangsung selama 10 bulan sejak koalisi Pakatan Harapan menguasai pemerintahan federal 2018 lalu. Selain itu, pemerintahan Mahathir pada Agustus 2018 juga membatalkan proyek kerja sama dengan China untuk pembangunan jalur pipa gas alam di Sabah.

Ketika Mahathir memilih kebijakan yang terkesan hati-hati, Presiden Filipina Rodrigo Duterte justru giat menarik investor China untuk mendanai program senilai US$108 miliar (Rp1.545 triliun) untuk membangun jalan tol, jalur kereta, bandara, pelabuhan, dan jembatan dalam 10 tahun ke depan.

Sejumlah kritikus juga telah memperingatkan soal potensi jeratan utang China sebagaimana dialami Sri Lanka. Negara di sebelah selatan India itu harus menyerahkan kepemilikan dua pelabuhan utamanya kepada China karena gagal melunasi pinjaman yang diberikan.

Menteri Keuangan Filipina Carlos Dominguez menepis peringatan Mahathir dan menyatakan hal seperti itu tak akan terjadi di Filipina. Dia mengatakan pinjaman dari China hanya mencakup 4,5 persen dari total utang Filipina sampai masa jabatan Duterte selesai pada 2022.

Dominguez mengungkapkan mayoritas program infrastruktur Duterte akan didanai dengan pendapatan dari pajak dan pinjaman dengan “bunga rendah dan jangka waktu pelunasan selama mungkin”.

Selain memperingatkan soal potensi jebakan utang China, Mahathir juga mengingatkan Filipina untuk tidak membiarkan masuknya pekerja asal China dalam jumlah besar karena bakal mengganggu kesetaraan di bidang politik.

“Selama mereka tidak menjadi penduduk tetap, mereka tak akan membahayakan Filipina. Namun jika orang asing datang dalam jumlah besar untuk tinggal sampai mempengaruhi ekonomi, maka Anda harus berpikir ulang, apakah itu baik atau buruk atau perlu ada batasan bagi mereka,” kata Mahathir.

Saat ini setidaknya 200.000 warga China telah datang ke Manila sejak Duterte memenangi pemilu pada 2016. Kebanyakan dari mereka bekerja di perusahaan-perusahaan game online yang melayani pemain China.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya