SOLOPOS.COM - Apartemen di Wuhan, China, kota yang terisolasi akibat merebaknya virus Corona. (Istimewa)

Solopos.com, SOLO -- Terisolasi di Kota Wuhan, China, yang menjadi pusat penyebaran virus Corona, tak hanya membuat Hilyatu Millati Rusydiyah terpisah ribuan kilometer dari suami dan putrinya. Dia juga menghadapi situasi kota yang penduduknya sedang hidup dalam keterbatasan.

Mahasiswi program doktoral di School of Economic and Business Administration Chongqing University, itu kini sedang tertahan di Kota Wuhan, Provinsi Hubei. Selain terpisah dari keluarga, dia juga tak bisa mengurus registrasi ulang di kampusnya di Chongqing, Provinsi Sichuan, China. Jangankan pergi ke Chongqing, dia bahkan tak bisa keluar dari apartemennya di Hongshan District, Wuhan.

Promosi Cuan saat Ramadan, BRI Bagikan Dividen Tunai Rp35,43 Triliun

Penutupan kota yang terletak di Provinsi Hubei ini pun berdampak luas kepada warga yang tinggal di sini. Misalnya, harga sejumlah komoditas pangan pun melejit. Tak hanya itu, transportasi yang masih ada seperti taksi pun turut menaikkan harga berlipat-lipat.

Ekspedisi Mudik 2024

Yasonna Laoly Dianggap Bohong Soal Buron KPK, Jokowi Didesak Copot Menkumham

Hilyatu mencontohkan tarif taksi sejauh puluhan kilometer biasanya hanya ratusan ribu rupiah, tapi kini menjadi 800 yuan atau sekitar Rp1,6 juta. Begitu pula dengan harga sayuran dari ribuan rupiah menjadi ratusan ribu rupiah. Beberapa jenis sayur seperti tomat dan sawi hijau dijual seharga Rp180.000, serta sawi putih Rp80.000.

Menurutnya, kenaikan harga pangan dipicu oleh kelangkaan stok lantaran banyak diborong orang tertentu akibat kondisi kota yang mengkhawatirkan. Alhasil, harga bahan pangan pun melambung tinggi.

“Alhamdulillah, kulkas saya penuh. Suami sebelum pulang sudah belanja. Saya sebenarnya diminta ke Chongqi saja daripada di sini tidak ada teman. Namun, saya berpikir makanan masih banyak, sayang kalau ditinggal. Kita kan enggak tahu ternyata kejadian seperti ini,” tuturnya.

Sejak pemerintah China mengumumkan penutupan Kota Wuhan, Kamis pagi, dia syok berat. Keluarganya di Indonesia pun juga tak kalah pusing. Apalagi perempuan yang akrab disapa Mila ini tinggal sendiri di Wuhan.

Perempuan berusia 33 tahun ini berpikir keras bagaimana caranya pulang ke Chongqing terlebih dulu. Tetapi tiket kembali ke kampusnya pun sudah dibatalkan perusahaan kereta api. Begitu pula dengan tiket pulang ke Indonesia yang sedianya terjadwal pada 12 Februari.

Detail Kisah Luthfi Afiandi Disetrum Polisi, Sang Ibu Pun Baru Tahu

Perjalanan Chongqin ke Wuhan biasanya ditempuh sekitar 6,5 jam dengan kereta cepat atau 1 jam menggunakan pesawat. Dia berharap akses dibuka sesegera mungkin agar dia bisa keluar dari Wuhan dan pulang.

“Sebenarnya warga di sini yang paling kasihan. Pada Hari Raya Imlek biasanya kota itu ramai, banyak lampu dan kembang api. Tapi, kali ini sepi. Mereka juga tak bisa mudik sebagai tradisi saat Imlek. Warga di sini juga bingung, kalau pun mau bepergian dicurigai terkena virus corona,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya