SOLOPOS.COM - Empat dari lima mahasiswa yang menciptakan pupuk tanaman berbahan limbah cangkang udang dan kulit tebu. (Harian Jogja/IST)

Penggunaan pupuk kimia semakin memperparah kondisi lahan pertanian.

Harianjogja.com, SLEMAN-Mahasiswa Universitas Negeri Yogyakarta (UNY) memaksimalkan limbah ampas tebu dan cangkang udang menjadi pupuk. Kedua limbah tersebut dikembangkan untuk pembuatan NANO-Chitosan Silica Slow Release Fertilizers (SRFs), dalam proposal berjudul Aplikasi Pupuk Nanoteknologi SRFs Berbahan Dasar Cangkang Udang dan Kulit Tebu.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ampas tebu yang dihasilkan suatu pabrik sudah ada yang dimanfaatkan untuk pembuatan pulp dalam industri kertas, campuran dalam pembuatan paving block, pembuatan tisu, dan lainnya. Kelima mahasiswa yang melakukan pengolahan dua jenis limbah tadi adalah Dinar Indah Lufita Sari, Muhammad Wahyu Arif, Ferdinand Dos Santos dari prodi Kimia, Afrizal Lathiful Fadli (Fisika) dan Absari Hanifah (Biologi).

Dinar menjelaskan, maraknya penggunaan pupuk kimia semakin memperparah kondisi lahan pertanian karena penggunaan pupuk kimia secara terus menerus akan merusak kondisi tanah akibat unsur hara yang tidak seimbang. Namun, akhir-akhir ini telah dikembangkan riset mengenai penerapan pupuk SRFs yang merupakan pupuk lepas lambat, dengan mekanisme pelepasan unsur hara secara berkala mengikuti pola penyerapan unsur hara dengan sintesis mikronutrisi seperti tembaga(Cu), besi (Fe), seng (Zn) dan beberapa mikronutrisi lainnya.

“Solusi yang kami tawarkan untuk meningkatkan efektivitas penggunaan pupuk adalah melalui pupuk nanopartikel SRFs dengan bahan dasar silika (Si) yang diperoleh dari limbah kulit tebu dan kitosan dari limbah cangkang udang”, kata dia, Selasa (21/6/2016).

Penelitian dilakukan untuk mengetahui proses pembuatan, karakterisasi hasil, serta efektivitas pupuk nanopartikel SRFs dengan bahan dasar silika dan chitosan. Hasil penelitian ini diharapkan dapat menaikan nilai ekonomis limbah cangkang udang dan kulit tebu dan menjadi alternatif pupuk ramah lingkungan sehingga dapat mengatasi permasalahan yang ditimbulkan dari penggunaan pupuk kimia yang tidak ramah lingkungan dan pupuk organik yang rendah unsur hara. Bahan yang digunakan diantaranya cangkang udang, kulit tebu, zeolit alam, aquades, alkohol, alkoksida, tanaman kacang tanah. Penelitian diawali dengan menyiapkan alat dan bahan dalam proses pembuatan pupuk. Setelah itu dilakukan Pre-treatment yang merupakan tahap awal yang sangat menentukan kualitas produk SRFs yang akan disintesis. Yang termasuk dalam tahapan ini antara lain pemurnian (purification) dan pengecilan ukuran (size reduction).

Proses pemurnian sederhana dilakukan untuk memisahkan komponen impurities yang tidak dikehendaki keberadaannya karena dapat menurunkan sifat-sifat spesifik silika, kitosan, dan zeolit. Impurities fisis dapat dipisahkan dengan cara filter atau penyaringan dan leaching dari butiran batu lain, plastik, logam daun dan sebagainya.

Selanjutnya zeolit yang masih berupa bongkahan batu dapat diperhalus dengan menggunakan hammer mill sehingga diperoleh bubuk zeolit yang mana luasan pori menjadi lebih banyak. Selanjutnya adalah proses formulasi nanosilika, nanokitosan dan aktivasi zeolit, granulasi, drying, dilanjutkan dengan uji efektivitas pupuk SRFs terhadap pertumbuhan dan hasil panen tanaman kacang tanah.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya