SOLOPOS.COM - Mahasiswa UNS Solo membawa poster dan spanduk saat mengikuti Aksi Geruduk Rektorat terkait kasus Diklat Menwa di halaman gedung Rektorat UNS, Solo, Senin (1/11/2021). (Solopos/Nicolous Irawan)

Solopos.com, SOLO — Aliansi Mahasiswa Universitas Sebelas Maret atau UNS Solo menggelar aksi demo terkait kasus diklat Menwa berujung maut di halaman Rektorat UNS, Senin (1/11/2021).

Mereka menyampaikan sejumlah tuntutan kepada para pejabat kampus tersebut. Salah satunya yaitu bertemu dan berbicara langsung dengan Rektor UNS Jamal Wiwoho.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Namun, upaya itu tidak lah mudah. Mahasiswa harus terlibat negosiasi alot dengan sejumlah pejabat kampus yang menemui mereka. Ada Wakil Rektor Bidang Akademik dan Kemahasiswaan Ahmad Yunus, Direktur Reputasi Akademik dan Kemahasiswaan Sutanto, serta Ketua Tim Evaluasi KMS/Resimen Mahasiswa (Menwa) Sunny Ummul Firdaus.

Tak tampak kehadiran Rektor UNS Jamal Wiwoho di lokasi aksi. Para mahasiswa memulai aksi dengan berjalan dari dekat markas Menwa menuju Rektorat. Sejak pukul 14.00 WIB mereka beraksi di lapangan Rektorat dengan orasi-orasi dari perwakilan mahasiswa.

Baca Juga: Ada Kipas Asmara & Ranting Jatuh di Diklat Menwa UNS Solo, Apa Artinya?

Baru sekitar pukul 15.05 mereka berhasil mendekati Rektorat dan ditemui oleh tiga pejabat tersebut. Sambil duduk bersila, mahasiswa menyampaikan tiga tuntutan utamanya yakni pengusutan kasus Gilang secara transparan, pertanggungjawaban secara hukum bagi pihak yang terlibat, serta pembubaran Menwa.

“Bapak-bapak tahu enggak sih kipas asmara [istilah tampar berulang kali saat diklat Menwa]? Ranting jatuh [memopor kepala peserta diklat dengan senjata replika]? Ini tindakan apa? Bubarkan Menwa!” imbuh Nurul yang disambut gemuruh peserta aksi lain.

Aspirasi Mahasiswa

Sunny Ummul Firdaus mencoba menenangkan peserta aksi. Di depan mahasiswa, dosen Fakultas Hukum itu mengaku gembira mendengar aspirasi mahasiswa yang menolak kekerasan di lingkungan kampus.

Sunny merasa tim evaluasi memiliki partner untuk menegakkan keadilan. Namun ia mengaku tak bisa serta merta memenuhi aspirasi mahasiswa seperti pembubaran Menwa. Menurut Sunny, langkah itu perlu dukungan data komplet seperti hasil autopsi polisi.

Baca Juga: Kekerasan di Menwa UNS Solo, BEM: Usut Tuntas sampai ke Kasus Lampau

Sejauh ini kampus baru membekukan KMS buntut kasus diklat maut. “Kami tidak ingin tergesa-gesa dan disalahkan kalau bikin keputusan yang keliru,” ujar Sunny.

Pernyataan itu memantik ketidakpuasan sejumlah mahasiswa. Mereka mendesak kampus transparan dan tegas agar kasus kekerasan tak berulang di kemudian hari. Apalagi polisi sudah memastikan ada kekerasan tumpul yang membuat Gilang meregang nyawa.

Seorang peserta aksi sempat terpancing emosi yang membuat audiensi sedikit memanas. “Kalau tidak segera ada kejelasan, kita bisa anarkis lo!” ujarnya.

“Jaga bicaranya ya!” sahut seorang pejabat kampus. Beruntung insiden itu langsung didinginkan mahasiswa lain yang tak sepakat adanya kekerasan dalam penyampaian pendapat. “Kita udah komitmen tertib, simpan emosinya, perjuangan masih panjang,” ujar Nurul sambil memegangi pundak peserta aksi yang marah.

Baca Juga: Demo soal Menwa, Mahasiswa UNS Solo Tuntut Rektor Lebih Terbuka

Di tengah deadlock, mahasiswa mendesak kehadiran Rektor UNS Jamal Wiwoho untuk menjelaskan duduk perkara kasus Gilang. Mahasiswa juga menuntut kampus menghadirkan perwakilan Menwa untuk memberikan klarifikasi ihwal diklat maut.

Menwa Masih Bungkam

Hingga sepekan kasus bergulir, Menwa masih bungkam. Namun lagi-lagi keinginan itu tak dipenuhi pihak kampus. “Kita akan tetap di sini sampai tuntutan dipenuhi, setuju kawan-kawan?” ujar Nurul.

Sekitar pukul 15.50 WIB, perwakilan mahasiswa, salah satunya Presiden BEM UNS, Zakky Musthofa Zuhad, kembali bernegosiasi dengan pejabat kampus. Zakky sempat berdebat dengan Sunny ihwal pemenuhan tuntutan mahasiswa. Sunny menegaskan tak ingin ditekan pihak mana pun dalam memberikan keputusan.

Sunny mengatakan tim evaluasi berkomitmen mengusut kasus dengan transparan dan tuntas. Ia meminta diberi ruang agar dapat menyelesaikan sengkarut dengan profesional dan proporsional. “Tidak berdasarkan dugaan dan tekanan pihak lain,” tegasnya.

Baca Juga: Barang Bukti Ini Jadi Modal Polisi Ungkap Kasus Diklat Menwa UNS Solo

Presiden BEM UNS, Zakky Musthofa Zuhad, mengaku kecewa karena kampus tak segera memenuhi tuntutan mahasiswa setelah tiga jam bernegosiasi. Ia menilai kampus lah yang bakal dirugikan jika terus mengulur penyelesaian kasus.

“Reputasi kampus dipertaruhkan jika tak menyelesaikan kasus ini secara tegas dan transparan. Reputasi mestinya tidak lebih tinggi dari keadilan,” ujarnya.

Para peserta aksi membubarkan diri dengan tertib menjelang pukul 17.00 WIB. Mereka siap kembali dengan massa lebih besar apabila kampus tak segera mengusut tuntas kematian Gilang Endi Saputra.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya