SOLOPOS.COM - Menteri ESDM Arifin Tasrif saat memberikan sambutan pada seminar Renewable Energy Technology as Driver for Indonesia's de-dieselization sebagai rangkaian pertemuan Energy Transition Working Group (ETWG), di Yogyakarta, Rabu (23/3/2022).

Solopos.com, SEMARANG — Mahasiswa Universitas Negeri Semarang (Unnes) yang tergabung dalam Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Keluarga Mahasiswa (KM) Unnes, menggelar unjuk rasa dengan memberikan kartu merah kepada Menteri ESDM, Arifin Tasrif, Kamis (8/6/2023).

Aksi itu dilakukan mahasiswa Unnes di Auditorim Unnes, di sela acara pemberian anugerah konservasi oleh pihak kampus kepada Menteri ESDM. Mahasiswa Unnes menilai pemberian anugerah itu tidak tepat sasaran, karena Kementerian ESDM di bawah kepemimpinan Arifin Tasrif dianggap kementerian yang kerap memberikan izin terhadap pembukaan konsesi pertambangan di Indonesia.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

“Pembukaan konsesi pertambangan yang hingga sekarang masih dilakukan Pemerintah Indonesia melalui Kementerian ESDM membuktikan bahwa pemberian gelar anugerah konservasi kepada Arifin Tasrif adalah sebuah bentuk pengingkaran atas prinsip konservasi,” tulis keterangan resm BEM KM Unnes kepada Solopos.com, Kamis.

BEM KM Unnes merujuk dari data Wahana Lingkungan Hidup (Walhi), hingga Juli 2022 sudah ada 10 juta hektare konsesi lahan pertambagan di Indoneesia. Sedangkan dari data Jaringan Advokasi Tambang (Jatam) pada tahun 2020 setidaknya terdapat 3.092 lubang tambang yang belum direklamasi di Indonesia.

“Padahal, proses reklamasi mennjadi kewajiban yang harus dilakukan perusahaan tambang. Faktanya, pemerintah seakan menutup mata tanpa menjatuhkan sanksi terhadap perusahaan tambang. Jatam Kaltim melaporkan setidaknya sejak 2011 sudah ada 40 korban meninggal akibat tenggelam di lubang bekas galian tambang yang tidak direklamasi,” imbuhnya.

Konservasi Lingkungan

Selain itu, BEM KM Unnes juga menilai masih banyak kebijakan Kementerian ESDM yang tidak berpihak pada konservasi lingkungaan seperti ekspor pasir laut, pemberian izin tambang batu andesit di Desa Wadas, Purworejo, Jawa Tengah (Jateng), hingga pemberian izin usaha pertambangan yang dianggap merusak lingkungan di Pegunungan Kendeng.

Atas sederet kebijakan itu, BEM KM Unnes pun memprotes pemberian anugerah konservasi ke Menteri ESDM, Arifin Tasrif, dengan memberikan kartu merah.

“Kartu merah kami berikan ke Menteri ESDM dan juga Rektor Unnes. Kami anggap kedua pihak salah. Menteri ESDM salah mau menerima anugerah itu karena selama ini kami anggap tidak berpihak pada konservasi lingkungan. Sedangkan Unnes juga terkesan salah sasaran memberikan anugerah itu ke Menteri ESDM. Padahal, Unnes selama ini mengusung slogan sebagai Kampus Konservasi,” ujar salah satu pengurus BEM KM Unnes, Adib Saifin, saat menggelar jumpa pers secara daring.

Senada disampaikan Ketua BEM KM Unnes, Fajar Rahmat Sidik, yang menilai kampusnya kerap memberikan penghargaan atau anugerah kepada tokoh politik yang dianggap kontroversial, termasuk pemberian Anugerah Konservasi ke Menteri ESDM.

“Sebenarnya tadi kami ingin berdialog juga dengan Pak Menteri. Tapi, kami dipaksa keluar dari ruang auditorium setelah memberikan kartu merah,” ujar Fajar.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya