SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

Semarangpos.com, SEMARANG — Enceng gondok sering dianggap sebagai tanaman liar yang dapat menggangu ekosistem bawah air. Tanaman ini bisa tumbuh secara masif hingga menyebabkan pendangkalan dan banjir.

Namun, bagi ketiga mahasiswa Fakultas Peternakan dan Pertanian (FPP) Universitas Diponegoro (Undip) Semarang, tanaman enceng gondok mampu memberikan manfaat. Tiga mahasiswa FPP Undip, Rissa Tri Ismayanti, Hana Septiaswin, dan Bagus Yulianto, yang dibimbing dosen Dr. Ir. Eny Fuskhah, M.Si, mengubah enceng gondonk menjadi pupuk organik padat berbentuk palet yang dapat meningkatkan kesuburan tanah dan melindungi tanaman.

Promosi BRI Group Berangkatkan 12.173 Orang Mudik Asyik Bersama BUMN 2024

Pupuk yang diberi nama Triwago itu memiliki beberapa keunggulan, yakni mudah disimpan, mudah didistribusikan, mudah diaplikasikan ke tanaman, campuran komposisi pupuk yang homogen serta mampu melepaskan unsur hara makro dan mikro secara perlahan dan berkelanjutan, sehingga meminimalisasi kehilangan unsur hara akibat proses leaching.

Pupuk ciptaan mahasiswa Undip Semarang ini juga telah diuji pada tanaman pakcoy yang banyak dibudidayakan di Indonesia. Pemilihan tanaman pakcoy ini dilatarbelakangi oleh produktivitas pakcoy yang mengalami penurunan selama enam tahun terakhir dikarenakan menurunnya kualitas tanah akibat pemupukan anorganik secara terus menerus dan serangan hama penyakit.

Salah satu solusi untuk mengatasi permasalahan tersebut adalah melakukan pemupukan dan penggunaan pestisida. Namun, penggunaan pupuk dan pestisida itu memiliki efek samping tidak ramah lingkungan dan harganya mahal. Oleh karena itu, pupuk yang dianjurkan adalah pupuk organik dengan memanfaatkan bahan-bahan alami karena dapat memperbaiki sifat fisik, kimia dan biologi tanah serta ramah lingkungan.

Triwago terbuat dari kotoran walet dan eceng gondok yang diperkaya dengan cendawan trichoderma harzianum. Bahan-bahan tersebut dipilih karena eceng gondok memilki kandungan unsur hara yang potensial untuk dijadikan bahan pembuatan pupuk organik, kotoran walet mengandung unsur hara nitrogen yang jauh lebih tinggi jika dibandingkan dengan kotoran ternak lainya seperti pupuk kandang sapi, kandang ayam dan pupuk kandang kambing, sekitar 11%. Trichoderma dipilih karena dapat mempercepat proses dekomposisi bahan dan sebagai agen hayati pengendalian patogen tanaman

“Selain karena potensi kandungan hara dalam bahan-bahan tersebut, pertimbangan kami dalam pemilihan bahan tersebut karena eceng gondok merupakan  salah  satu  gulma  air  yang keberadaannya sangat melimpah sehingga menyebabkan terganggunya ekosistem perairan. Di sisi lain, pemanfaatan kotoran burung walet juga belum maksimal,” ujar Rissa.

Berdasarkan hasil penelitian yang dilakukan, pupuk Triwago memiliki kadar unsur hara yang telah sesuai dengan Standar Kualitas Kompos SNI 19-70302004 dan Standar Permentan o.70/Permentan/SR.140/10/2011. Didapatkan dosis rekomendasi Triwago yang tepat yaitu 150 kg N atau dengan kata lain dengan penggunaan dosis yang tepat pupuk tersebut mampu meningkatkan tinggi tanaman mencapai 34%, jumlah daun 45,79% dan luas daun 35,98% dibandingkan tanpa menggunakan pupuk.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya