SOLOPOS.COM - Sejumlah peserta Diksar yang saat ini dirawat di RS JIH saat memberikan keterangan kepada wartawan, Jumat (27/1/2017). (Arif Wahyudi/Harian Jogja/JIBI/Harian Jogja)

Mahasiswa UII meninggal, kesehatan peserta disebut sudah diperiksa.

Harianjogja.com, JOGJA – Panitia kegiatan Pendidikan Dasar (Diksar) The Great Camping (TGC) XXXVII mengklim sudah melakukan cek kesehatan peserta sesuai prosedur dalam standar operasional yang dipersyaratkan.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

Ketua Panitia Diksar Wildan Nuzula mengungkapkan, kesehatan peserta saat di lapangan sudah dicek medis oleh tim medis. Wildan menyebut, panitia mendatangkan tim kesehatan dari Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta untuk mengecek kondisi kesehatan seluruh peserta Diksar.
Cek kesehatan itu dilakukan di bassecamp Diksar di wilayah Tlogodlinggo, Tawangmangu, karanganyar sebelum peserta menjalani materi survival.

“Jadwal survival kan 18-20 Januari. Kami kerjasama Fakultas Kedokteran UNS untuk memeriksa kesehatan peserta. Periksa kesehatan tanggal 17 Januari malam. Paginya peserta kan harus sudah menjalani materi survival selama dua hari,” jelasnya.

Dalam pemeriksaan itu, jelas Wildan, tim medis memang tidak merekomendasikan Syaits Asyam, korban yang meninggal, Sabtu (21/1/2017). Maka dari itu oleh panitia Syaits dipisahkan dengan kelompoknya. Adapun Syaits berada di kelompok V atau satu kelompok dengan Ilham Nurpadmy Listia Adi, peserta yang meninggal paling akhir di antara ketiga korban.

Saat ditanya dalam kondisi dipisahkan dengan kelompoknya, lantas apa yang dialami Syait, panitia enggan menjelaskan. Alasannya hal itu menjadi ranah penyidik di kepolisian, bukan menjadi hal untuk dikonsumsi media.

Wildan menambahkan, setelah malamnya sudah dilakukan cek kesehatan,  peserta diarahkan ke materi survival. Logistik yang dibawa dititipkan ke panitia sebagai mekanisme mengikuti materi survival. Peserta hanya boleh bawa air 1 jeriken, dan peralatan masak serta garam dan benda tajam untuk memotong.

Setelah itu peserta diarahkan mencari makanan yg ada di sekitar area survival.

“Sebelumnya juga sudah mendapatkan materi di kelas tentang flora fauna yang bisa dimakan ketika dalam kondisi mendesak. Peserta membangun field camp yang sudah ditentukan. Kami juga berikan batasan kepada para peserta dalam mencari makanan untuk survive,” tandasnya.

Sementara itu  jarak basecamp panitia ke lokasi survival sekitar  1,5 kilommeter tapi medannya berat.

“Dalam survival kami ingatkan peserta selalu membuat api unggun. Mereka makan tiga kali sehari, memakan makanan dari alam,” imbuh dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya