SOLOPOS.COM - Mahasiswa baru mengikuti pembukaan Pelatihan Pembelajar Sukses bagi Mahasiswa Baru (PPSMB) Universitas Gajah Mada (UGM) 2022 di Lapangan GSP UGM, Sleman, D.I Yogyakarta, Senin (1/8/2022). (Antara/Andreas Fitri Atmoko)

Solopos.com, SLEMAN — Mahasiswa Universitas Gadjah Mada (UGM) mengkritik rencana kebijakan konversi kegiatan ekstra kampus mahasiswa ke dalam Satuan Kredit Semester (SKS) yang kini sedang digodok pihak kampus.

Seorang mahasiswa Fakultas Ilmu Budaya UGM, Han Revanda Putra, mengatakan jika tujuan konversi tersebut hanya untuk mengakomodasi kebutuhan akademik mahasiswa, sebaiknya masa studinya saja yang diperpanjang.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

“Seyogyanya kampus melonggarkan masa studi, alih-alih mensubstitusi [mengonversi] kegiatan dengan SKS,” ucapnya kepada Harianjogja.com (Solopos Media Group), Jumat (12/8/2022).

Menurutnya kebijakan ini sekilas nampak merangkul mahasiswa agar tak hanya sibuk kuliah, namun di sisi lain juga mendorong mahasiswa hanya berorientasi agar segera lulus. Selain itu, kampus juga bisa menentukan kegiatan apa saja yang bisa dikonversikan menjadi SKS.

Baca Juga: Pengumuman! Warga Jogja Diimbau Tak Buang Sampah Setiap Minggu

“Menjadi pengabsahan [dasar] bagi kampus untuk mendefinisikan mana gerakan dan mana yang bukan,” ucapnya.

Lebih lanjut, dia menyampaikan kegiatan mahasiswa sejatinya tidak hanya dalam konteks mengawal isu luar kampus saja, namun juga kerap kali memberikan kritik pada kebijakan yang ada di kampus.

Ia mempertanyakan kegiatan aktivisme macam apa yang lahir dari upaya mengejar SKS tersebut.

Baca Juga: Ketua PSHT Jogja Ungkap Kronologi Keributan Anggotanya di Titik Nol

Melalui kebijakan ini bisa jadi semakin banyak mahasiswa yang berminat aktif di kegiatan ekstra, namun orientasinya akan berbeda, yakni hanya berorientasi mengejar KRS agar cepat lulus.

“Dalam beberapa hal, gerakan juga bisa bermakna delegitimasi terhadap otoritas kampus itu sendiri,” kata dia.

Dewan Pendidikan Dukung Konversi

Ketua Dewan Pendidikan DIY, Sutrisna Wibawa, mendukung rencana kebijakan konversi kegiatan ekstra kampus mahasiswa menjadi Satuan Kredit Semester (SKS) UGM. Menurutnya, Rekognisi Pembelajaran Lampau (RPL) bisa menjadi landasan yang mengakomodir rencana kebijakan ini. RPL mengakui pengalaman belajar dalam kegiatan akademik yang sesuai.

“Saya setuju [dengan konversi kegiatan aktivis ke SKS], kan kegiatan merdeka belajar memungkinkan mengakui itu. Konsep sebenarnya mengakui pengalaman landasannya RPL,” ucapnya kepada Harianjogja.com, Kamis (11/8/2022).

Baca Juga: Rombongan Motor Gede Tabrak Pemotor di Kulonprogo, Ini Kronologinya

Pengamat Pendidikan, Khamim Zarkasih Putro, mengatakan konsep konversi kegiatan aktivis menjadi SKS perlu didukung. Berangkat dari pemikiran jika kuliah tidak hanya berlandaskan buku pelajaran.

Kegiatan aktivis menjadi salah satu bentuk dari merdeka belajar yang bisa dilakukan mahasiswa. Khamim menyebut, kemungkinan semangat konversi kegiatan aktivis menjadi SKS ada di banyak kampus, namun baru UGM yang berencana menerapkan.

“Yang penting aktivisme sosial itu betul-betul membawa kepada mahasiswa sebagai salah satu komponen problem solver [pemecah masalah] atas berbagai kondisi bangsa yang kurang kondusif,” jelasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya