SOLOPOS.COM - Panduan Informasi dan Inspirasi

SOLO–Perwakilan sejumlah elemen yang tergabung dalam Gerakan Mahasiswa Satu Untuk HAM (Ganash) menyatakan tindakan pengrusakan dan kekacauan pada aksi Solidaritas untuk masyarakat Bima, Nusa Tenggara Barat (NTB) pada Rabu-Kamis (26-27/12) di luar rencana.

Mereka yang sebelumnya sepakat untuk menggelar aksi tersebut secara damai tidak bisa mengerem untuk tidak melakukan pengrusakan yang dilakukan pada saat demo. Menurut Sekretaris Badan Eksekutif Mahasiswa (BEM) Universitas Muhammadiyah Surakarta (UMS), Zainal Arifin, tindakan pengrusakan pos polisi dan spion kendaraan pelat merah itu bukan tujuan dari aksi demonstrasi. Dia mengatakan kejadian itu merupakan dinamika aksi yang tak bisa dicegah saat massa mulai turun ke jalan.

Promosi UMKM Binaan BRI Ini Jadi Kuliner Rekomendasi bagi Pemudik di Pekalongan

“Kami tidak bisa mencegah karena hal itu bagian dari dinamika aksi,” jelas dia saat dihubungi Solopos.com, Jumat (30/12/2011).

Meski begitu dia berupaya agar demonstran tetap pada satu tujuan dan tidak terpengaruh provokasi. Lebih-lebih kegiatan itu digelar secara gabungan. Menurutnya tindakan yang dilakukan massa beberapa waktu sempat panas dan situasinya sensitif lantaran polisi melakukan penangkapan dan pemukulan pada demonstran.

“Bukan demo berujung ricuh yang kami inginkan, inginnya pesan yang disampaikan itu mengena,” ungkapnya.

Pun demikian diungkapkan Ketua Ikatan Mahasiswa Bima (IMB), Amarma’ruf. Dia mengatakan sejumlah demonstran tersebut terbawa emosi saat turun ke jalan karena sebelumnya aparat polisi juga telah melakukan tindakan tegas pada mereka. Pada hari kedua pelaksanaan aksi, massa yang bergabung semakin banyak hal itu bisa dipahami lantaran mahasiswa ingin mengecam tindakan yang dilakukan aparat polisi tersebut.
“Pada prinsipnya kami ingin menggelar aksi solidaritas bagi masyarakat Bima, bukan untuk membikin kekacauan,” jelasnya.

Terpisah, ketika Solopos.com bertandang ke kampus UMS untuk menjumpai Wakil Rektor III UMS, Absori, Kepala Humas UMS, Agus Mulyanto, mengatakan Absori sedang terburu-buru untuk menghadiri acara di luar kampus sehingga tidak bisa dijumpai. Dia menyatakan kejadian itu bukan hanya dilakukan oleh mahasiswa UMS saja tetapi sejumlah elemen mahasiswa di sejumlah universitas. “Itu bukan dari mahasiswa UMS tapi juga diikuti sejumlah mahasiswa dari universitas lain.”

(das)

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya