SOLOPOS.COM - Sejumlah mahasiswa dari Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) DPD Jateng, DPD IMM Jatim, dan DPD IMM Jogja menggelar unjuk rasa di depan Pengadilan Negeri (PN) Klaten, Rabu (13/5/2015). (Ponco Suseno/JIBI/Solopos)

Mahasiswa IMM tersandung Facebook berujung pada nasib sang dosen yang didesak segera dipecat dari STIKES.

Solopos.com, KLATEN – Sejumlah warga Muhammadiyah di Jateng mendesak pengelola Sekolah Tinggi Ilmu Kesehatan (Stikes) Muhammadiyah segera memecat H. Mawardi sebagai dosen lantaran dinilai telah tega menyeret mahasiswanya ke meja hijau. Warga Muhammadiyah menganggap tindakan Mawardi telah mencoreng nama baik Muhammadiyah.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Desakan itu disampaikan Komandan Kesiapsiagaan Angkatan Muda (Kokam) Muhammadiyah Jateng, Pemuda Muhammadiyah Klaten, pengurus DPD Ikatan Mahasiswa Muhammdiyah (IMM) Jateng, DPD IMM Jatim, dan DPD IMM Jogja di depan Pengadilan Negeri (PN) Klaten, Rabu (13/5/2015).

Mereka menganggap apa yang telah dilakukan Mawardi sama sekali tidak mengimplementasikan nilai-nilai Muhammadiyah yang dikenal sebagai organisasi otokritik.

Ekspedisi Mudik 2024

“Dosen dikritik itu adalah hal biasa. Apalagi yang mengkritik adalah mahasiswanya sendiri. Kalau tak terima dikritik, tak patut menjadi seorang dosen. Satu kesimpulan kami, dosen yang bersangkutan harus dipecat karena dia tidak layak menyandang sebagai dosen,” kata Ketua Kokam Muhammadiyah Jateng, Muh. Ismail, saat ditemui wartawan di PN Klaten.

Hal senada dijelaskan Ketua Pemuda Muhammadiyah Klaten, Tugiran. Perkara pencemaran nama baik yang sedang dihadapi mahasiswa Stieks Muhammadyah Klaten, Muh. Dimas Yulian Saputra dan alumnus Stikes, Fajar Purnomo tak pantas masuk ke ranah pidana.

“Kami sangat berharap Stikes Muhammadiyah Klaten segera mengambil sikap tegas [pemecatan]. Kalau dalam dua pekan ke depan tidak ada gerakan sama sekali, kami siap menggeruduk Stikes Muhammadiyah,” kata Tugiran.

Ketua DPD IMM Jateng, Husin Alfatah, mengaku sangat kaget melihat temannya, Dimas dan Fajar duduk di kursi pesakitan di PN Klaten. Dirinya menganggap kritik yang dilakukan kedua temannya masih dalam kewajaran.

“Sikap kami sangat jelas, yakni pecat dosen yang bersangkutan [karena tidak memiliki nilai-nilai Muhammadiyah]. Momentum ini bisa digunakan untuk bersih-bersih di amal Muhammadiyah sendiri,” kata dia yang diamini pengurus DPD IMM Jatim dan DPD IMM Jogja.

Anggota DPRD Klaten dari Partai Amanat Nasional (PAN), Nucholis Majid, mengakui apa yang telah dilakukan Mawardi selaku dosen Stikes telah mencoreng nama Muhammadiyah.

Dosene ra cetho [dosennya tidak jelas] kalau seperti itu. Memang harus dipecat. Itu kan bisa dibahas secara kekeluargaan. Tidak seperti ini,” kata dia.

Saat Solopos.com meminta tanggapan ke Ketua Stikes Muhammadyah Klaten, Titi Hamranani, dirinya enggan mengomentari desakan pemecatan tersebut.

“Kami sudah berusaha memediasi kasus ini agar tidak sampai ke ranah hukum. Mediasi yang kami lakukan sebanyak dua kali. Tapi, hasilnya seperti ini [berakhir buntu, sehingga masuk ke meja hijau],” kata dia.

Sebelumnya, Dosen Stikes Muhammadiyah Klaten, Mawardi, tidak mau disalahkan dalam kasus ini. Dirinya mengaku sudah membuka diri agar kasus ini tidak berakhir di pengadilan.

“Mediasi yang dilakukan selalu gagal. Justu saya selalu disudutkan dalam mediasi itu. Untuk memperjuangkan kebenaran, kasus ini akhirnya masuk ke ranah hukum,” kata dia.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya