SOLOPOS.COM - Ilustrasi suasana aktivitas mahasiswa di salah satu kampus di Solo. Foto diperagakan oleh model. (Dok/JIBI)

Ilustrasi suasana aktivitas mahasiswa di salah satu kampus di Solo. Foto diperagakan oleh model. (Dok/JIBI)

Status mahasiswa “abadi” enggak cuma menjadi beban karena harus mengejar target lulus. Mereka harus menguras pikiran untuk merampungkan skripsi tepat waktu. Kalau tidak maka ancamannya harus mundur dari perguruan tinggi yang bersangkutan. Di sisi lain, mereka juga kehilangan banyak waktu untuk kuliah, belum beban biaya per semester yang harus dibayar, sewa indekos per bulan dan biaya hidup yang mahal.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Seperti yang dirasakan Sunu, mahasiswa semester XIV jurusan sejarah Fakultas Sastra dan Seni Rupa (FSSR) UNS. Mahasiswa asal Purwodadi itu harus membayar SPP senilai Rp600.000/semester. Bila dihitung selama 14 semester, maka ia sudah menghabiskan Rp8,4 juta. Dana itu berlum termasuk biaya untuk tugas-tugas kuliah, seperti membuat paper, karya ilmiah dan skripsi.

Di samping itu, ia juga harus membayar sewa indekos rata-rata Rp140.000/bulan karena tidak memungkinkan untuk pulang pergi Solo-Purwodadi. Dengan sewa indekos sebanyak itu, maka dalam satu tahun ia menghabiskan duit Rp1,68 juta per tahun atau Rp11,76 juta selama 14 semester. Belum lagi biaya hidup per bulan minimal Rp150.000/bulan atau Rp12,6 juta selama 14 semester. Bila ditotal secara keseluruhan mulai dari biaya kuliah, sewa indekos dan biaya hidup selama 14 semester, ia sudah menghabiskan dana sampai Rp32,76 juta.

“Untuk menghemat biaya hidup, saya pernah gelandang di kampus. Ya, tidurnya kadang di UKM [unit kegiatan kampus]. Itu saya lakoni selama satu semester. Selain hemat sewa indekos, saya bisa dekat dengan kampus untuk menyelesaikan skripsi. Tapi, nyatanya ya sama saja. Akhirnya, ya balik ke indekos lagi. Kalau pindah-pindah indekos, sering. Bahkan setiap tahun sekali pindah tempat, ya pengin cari suasana baru,” ujarnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis (21/2/2013).

Berbeda dengan Puthut, seorang mahasiswa semester X jurusan pendidikan geografi Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan (FKIP) UNS. Biaya studi dan biaya hidupnya lain dengan Sunu. Puthut mulai indekos sejak semester III. Mahasiswa asal Sukoharjo ini pernah jatuh sakit gara-gara pulang pergi Sukoharjo-Solo. “Saya sempat sakit saat masih semester II. Orangtua minta saya indekos sampai sekarang,” tuturnya.

Mahasiswa angkatan 2008 itu berpotensi menghabiskan dana sampai Rp40,4 juta selama 10 semester. Uang tersebut terdiri atas SPP Rp8,4 juta untuk 10 semester, sewa indekos Rp8 juta selama empat tahun dan biaya hidup Rp24 juta selama empat tahun dengan asumsi biaya hidup Rp500.000/bulan.

“Untuk menghemat biaya, saya setiap pekan sekali pulang untuk membawa bekal dari rumah. Dengan bekal sendiri, biaya hidup saya tidak sampai Rp500.000/bulan. Untuk sewa indekos langsung mengambil satu tahun sekaligus, bukan bulanan, karena bisa irit Rp400.000/tahun,” tandasnya.

Di semester X ini, Puthut harus kerja keras karena orangtuanya sudah memberi warning. Menurut dia, bila dalam semester ini tidak lulus, maka untuk biaya kuliah semester berikutnya harus ditanggung sendiri. “Saya jadi mikir. Kalau tidak lulus harus mencari uang ke mana? Tapi, saya optimistis saya bisa lulus di semester ini karena proposal skripsi saya sudah disetujui,” pungkasnya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya