SOLOPOS.COM - Ilustrasi penampilan para aktor pemeran Pandawa dalam film seri Mahabharata (India-forums.com)

Solopos.com, SOLO– Demam Mahabharata melanda Indonesia sejak serial tersebut ditayangkan ANTV.

Rutinitas baru mengisi keseharian keluarga kecil Virdha Kisbandi Kurniawan, 29. Bersama istrinya, Annisa Rohmah, 27, penghuni salah satu perumahan di Sawahan, Ngemplak, Boyolali ini, beberapa bulan belakangan, saban pukul 21.00 WIB, selalu setia menanti serial televisi Mahabaratha.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Virdha menyebutkan tayangan yang pekan ini sedang gayeng-gayengnya lantaran sudah mulai menginjak babak perang Baratayuda, mengisi aktivitas senggangnya bersama sang istri. Baginya, menonton tayangan berbasis epos Mahabarata tersebut menjadi pilihan hiburan yang menghibur sekaligus menyelipkan banyak pesan moral.

“Stasiun televisi lain hanya menampilkan sinetron yang tidak menarik. Awalnya dulu sempat enggak tahu. Tapi melihat sekeliling pada ngomongin, jadi ikutan nonton. Sampai sekarang keterusan,” terang Virdha, saat berbincang dengan Espos di Solo, Kamis (9/10/2014) siang.

Bagi salah satu pegawai swasta di Kota Bengawan ini, serial Mahabharata menarik diikuti karena jalan ceritanya yang tidak bertele-tele dengan bungkus penggarapan artistik yang menawan.

“Jalan ceritanya menarik diikuti. Selain itu visual effect dan pemerannya juga menarik dilihat,” katanya.

Meskipun sekarang berpredikat sebagai penggemar Mahabharata, namun Virdha sampai saat ini tidak tergerak menonton kesenian tradisional wayang yang secara garis besar menampilkan kisah yang sama.

Airin Azzira Zamwa Khoir, juga menyukai Mahabharata. Setiap kali serial tersebut tayang, tak pernah dia melewatkan. Kalau pagi diulang, dia bisa menceritakan ulang cerita tersebut.

Dia juga hapal cerita dan tokoh di serial tersebut. Tokoh favoritnya Sadewa. Alasannya? ”Karena [Sadewa] nggantheng. Kalau yang jahat Sengkuni,” jelas gadis kecil berusia 5 tahun 6 bulan tersebut, belum lama ini.

Kisah Virdha dan demam Mahabharata ini membuat iri keberadaan para seniman lokal. “Kami sangat iri dengan kepopuleran serial Mahabharatta saat ini. Ini menjadi tantangan terbesar bagi seniman wayang orang untuk merespons fenomena ini,” kata Agus Prasetyo, Koordinator Gedung Wayang Orang Sriwedari, saat berbincang dengan Solopos.com, Kamis.

Gampang Merangkul
Keberadaan seni populer yang baru beberapa bulan memukau penonton Tanah Air ini memang terbilang gampang merangkul penggemar dari berbagai kalangan. Dalam waktu sekejap, puluhan ribu penonton dibuat terpana dengan kehadiran tokoh Arjuna dkk.

Dalang sekaligus akademisi pedalangan, Ki Purbo Asmoro, menyebut kepopuleran serial  Mahabharata saat ini berkontribusi besar dalam membudayakan kisah wayang di kalangan anak muda Indonesia.

“Kontribusi ini layak diapresiasi. Sebelum Mahabarata populer seperti saat ini, yang bisa memahami kisah wayang 80% dimonopoli kalangan usia lanjut dan segmen khusus. Selebihnya abai pada kisah pewayangan yang sarat nilai moral,” jelasnya saat dihubungi Solopos.com, Kamis.

Meskipun kalah terkenal dibanding tayangan yang ada di televisi, Purbo menyebut kesenian tradisional wayang Indonesia tetap lebih unggul dari sisi budaya. “Di India mungkin ini hanya sebatas tontonan. Tapi di sini kisah Mahabarata sudah menyatu dengan adat-istiadat sejak ratusan tahun yang lalu,” bebernya.

Lebih Populer
Ki Purbo menyebutkan kesenian wayang orang yang mengusung epos Mahabarata tidak mustahil memiliki peluang menjadi tontonan yang digemari masyarakat. Namun untuk menjadi populer laiknya serial televisi Mahabharata, menurutnya seniman tidak bisa berjalan sendirian tanpa campur tangan pemerintah.

“Wayang orang kalau digarap bagus dengan dukungan teknologi terbaru, bahasa yang universal, dan penggarapan lakon, penyutradaraan yang sungguh-sungguh juga punya peluang. Namun perlu dukungan pemerintah untuk bisa menembus ketatnya persaingan televisi saat ini. Tanpa dukungan regulasi, tidak banyak pihak komersial yang mau mempopulerkan kesenian tradisional semacam ini,” paparnya.

Secara terpisah, pengamat pertelevisian dari Seni Media Rekam ISI Solo, Nerfita Primadewi, menilai kepopuleran Mahabharata saat ini tak lepas dari kehadirannya sebagai alternatif tontonan di tengah kelesuan hiburan yang sedang ditayangkan stasiun televisi belakangan.

“Tayangan ini jadi pilihan ‘berkelas’ buat yang enggak mau menonton sinetron Indonesia. Dengan cerita yang bisa merangkul semua lapisan masyarakat dan kemasan tradisional yang menarik, tontonan ini jadi kebiasaan masyarakat mengisi waktu senggang,” jelasnya.

Lebih Luwes
Nerfita menyebut kisah Mahabarata versi televisi memang lebih gampang merangkul penonton lantaran karakteristik televisi yang cenderung luwes mengikuti zaman. Menurutnya, dibutuhkan keberanian besar untuk mau menggarap program acara berbasis kisah tradisi.

“Kreativitas kita sebenarnya tidak kalah dengan pembuat acara di luar negeri. Tapi memang tidak banyak stasiun televisi atau produser yang mau berisiko menggarap tayangan seperti ini. Fenomena seperti ini memang menjadi konsekuensi langsung budaya populer,” tutupnya.

Dia berharap kesenian Indonesia bisa tampil dalam kemasan menarik seperti Mahabharata dari India. Jika ditampilkan dalam kemasan menarik niscaya bisa memikat hati penonton. Bahkan bila perlu menggeser tayangan sinetron dengan tayangan budaya yang menarik.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya