SOLOPOS.COM - Penjelasan tentang pembubaran Petral Group di Jakarta, Rabu (13/5/2015). (JIBI/Solopos/Antara/Sigid Kurniawan)

Mafia migas di Petral kini diusut KPK. Menteri ESDM Sudirman Said siap menyetor data.

Solopos.com, JAKARTA — Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Sudirman Said mengatakan akan menyiapkan data pendukung apabila Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) mau memeriksa hasil audit forensik terhadap Pertamina Energy Trading Ltd (Petral) dalam pengadaan minyak pada 2012 hingga 2014.

Promosi Aset Kelolaan Wealth Management BRI Tumbuh 21% pada Kuartal I 2024

“Saya mendengar dari media, KPK mau melakukan penelitian. Jadi paralel saja, tugas pemerintah menyiapkan info data, kalau diperlukan,” kata Sudirman Said saat ditemui wartawan di Kantor Menko Perekonomian, Jakarta, Rabu (25/11/2015).

Ekspedisi Mudik 2024

Sudirman Said mengatakan terkait hasil audit Petral tersebut, Kementerian ESDM juga sudah berkoordinasi dengan BPKP untuk menganalisa laporan dan menghitung potensi kerugian penerimaan negara. Selain itu pihaknya sedang mencari aspek pelanggaran hukum dari kasus itu.

“Selain berkoordinasi dengan BPKP untuk menganalisis laporan dan potensi kerugian penerimaan, ada tim hukum yang mulai bekerja untuk melihat aspek-aspek apakah ada pelanggaran hukum atau tidak,” ujarnya.

Sudirman Said mengharapkan kasus Petral ini tidak terjadi lagi di kemudian hari. Selain itu, upaya pembenahan harus dilakukan termasuk oleh Pertamina agar tata kelola migas tidak lagi menimbulkan kerugian terhadap negara.

“Yang paling penting bagi kita supaya yang dulu tidak terulang, karena itu Pertamina harus berbenah, saya kira mereka sudah mulai melakukan pembenahan cukup banyak,” katanya.

Sebelumnya, KPK sedang menelaah hasil audit forensik terhadap Petral yang dilakukan oleh auditor dari Australia, Kordamentha, serta audit dari BPK, untuk mencari potensi pelanggaran hukum dan kerugian negara. Salah satu hasil temuan dari lembaga auditor Kordhamentha yang baru diumumkan tersebut adalah adanya jaringan mafia migas yang menguasai kontrak suplai minyak senilai US$18 miliar selama tiga tahun.

Mafia tersebut diduga menguasai kontrak senilai enam miliar dolar AS per tahun atau sekitar 15 persen dari rata-rata impor minyak tahunan senilai US$40 miliar. Karena itu, Petral dan Pertamina tidak memperoleh harga optimal ketika melakukan pengadaan.

Petral sudah dibubarkan sejak 13 Mei 2015. Tugas Petral digantikan PT Pertamina Integrated Supply Chain (ISC Pertamina) sehingga diskon yang sebelumnya disandera pihak ketiga sudah kembali ke pemerintah dan perdagangan lebih transparan serta bebas.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya