SOLOPOS.COM - Ilustrasi tanker. (JIBI/Bisnis Indonesia/Paulus Tandi Bone)

Mafia migas dan Petral disinyalir telah membuat impor bensin menjadi mahal. Kali ini, Pertamina mendapat kontrak lebih murah.

Solopos.com, JAKARTA — PT Pertamina (Persero) melalui Integrated Supply Chain (ISC) baru saja mendapatkan kontrak baru impor bensin berkadar oktan 88 (Premium) sebanyak 54 juta barel untuk Juli hingga Desember 2015.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Direktur Utama Pertamina Dwi Soetjipto mengatakan kontrak tersebut merupakan hasil lelang yang dilakukan ISC untuk memenuhi kebutuhan Premium sepanjang semester II/2015. Pemenang berasal dari perusahaan minyak dan gas bumi nasional (NOC) dan trader internasional.

“Bebas [dari NOC dan trader], yang penting harganya murah,” katanya sebelum Rapat Dengar Pendapat dengan Komisi VII DPR di Jakarta, Rabu (27/5/2015).

Sementara itu, VP Corporate Communication Pertamina Wianda Pusponegoro menambahkan volume kontrak impor Premium sebanyak 9 juta barel per bulan atau 54 juta barel sepanjang Juli hingga Desember 2015. Sebanyak 75% pasokan itu berasal dari NOC, di antaranya Korea Selatan, Thailand, dan Saudi Arabia.

Sisa sebesar 25% berasal dari perusahaan migas besar (major oil company), di antaranya berasal dari Belanda, Perancis, dan Inggris. “Ada lagi yang lainnya, tapi itu garis besarnya,” jelasnya.

Wianda Pusponegoro menegaskan kontrak impor Premium sebesar 54 juta barel tersebut lebih murah dibandingkan pembelian yang dilakukan sepanjang semester yang sama tahun lalu. Perusahaan pelat merah tersebut mendapatkan penghematan sebesar US$1,41 per barel. “Lumayan besar diskonnya,” tambahnya.

Selain Premium, menurutnya, kontrak impor produk lain seperti Pertamax dan solar belum selesai untuk semester II/2015.

Pengalihan Fungsi Petral

Dwi Soetjipto mengemukakan pengalihan fungsi pengadaan minyak mentah dan bahan bakar minyak (BBM) dari Pertamina Energy Trading Limited (Petral) kepada ISC belum sepenuhnya berjalan. Saat ini seluruh kontrak yang dilakukan Petral memang telah diambil alih oleh ISC, masih ada beberapa kontrak yang belum selesai.

Menurutnya, masih ada kontrak yang baru akan habis pada Juni dan Desember tahun ini. Dia berjanji akan mengevaluasi seluruh kontrak Petral yang saat ini masih berjalan. “Kurang lebih habis tahun ini semua, ISC berfungsi penuh tahun depan,” ungkapnya.

Seperti diketahui, fungsi pengadaan minyak mentah dan BBM telah beralih dari Petral ke ISC sesuai dengan rekomendasi Komite Reformasi Tata Kelola Minyak dan Gas Bumi. Setelah dialihkan, Pertamina mengklaim memperoleh penghematan sebesar US$22 juta. Pengalihan fungsi tersebut juga menjadi salah satu alasan pembubaran Petral beserta dua anak usaha Pertamina Energy Services Pte Limited (PES) dan Zambesi Investment Limited.

Berdasarkan Rencana Kerja dan Anggaran Perusahaan (RKAP) 2015 Pertamina, impor bensin Pertamina mencapai 136,075 juta barel sepanjang tahun ini. Rinciannya, impor Pertamax RON 92 sebesar 8,027 juta barel dan Premium RON 88 sebesar 128,048 juta barel. Angka tersebut diperkirakan berkurang sebesar 6 juta barel ketika proyek Refinery Fluid Catalityc Cracking (RFCC) rampung pada Juni 2015 dan beroperasi penuh pada Agustus 2015.

Angka impor tahun ini naik dari realisasi impor tahun lalu. Sepanjang 2014, realisasi impor produk kilang mencapai 154,989 juta barel. Rinciannya, impor Pertamax 1,309 juta barel, Premium 115,4 juta barel, avtur 6,149 juta barel, dan solar 32,140 juta barel.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya