SOLOPOS.COM - Ilustrasi macan tutul. (Freepik.com)

Solopos.com, SEMARANG — Forum Pemerhati Macan Tutul Jawa (Formata) memperkirakan populasi macan tutul di Pulau Jawa saat ini tersisa 300 ekor. Ratusan ekor macan tutul itu tersebar di 29 lokasi di Pulau Jawa, termasuk di kawasan Gunung Muria, Jawa Tengah (Jateng).

Sekretaris Formata, Hariyawan, Wahyudi, mengatakan 29 lokasi yang menjadi habitat macan tutul di Pulau Jawa itu tersebar di 29 lokasi, mulai dari ujung Jawa Barat hingga Jawa Timur.

Promosi BRI Borong 12 Penghargaan 13th Infobank-Isentia Digital Brand Recognition 2024

“Dalam Formata, kami belum pernah mendata secara pasti [populasi macan tutul di Pulau Jawa]. Tapi, estimasi atau perkiraan kami ada sekitar 300 ekor, termasuk yang hidup di Gunung Muria, Kabupaten Jepara,” jelas Hariyawan kepada Solopos.com, Kamis (3/11/2022).

Kendati tersisa 300 ekor, Hariyawan mengingatkan agar masyarakat turut serta menjaga ekosistem dan kelestarian macan tutul di alam bebas. Hal itu dikarenakan populasi macan tutul, terutama di Pulau Jawa kian menyusut dan terancam punah. Punahnya macan tutul, menurut Hariyawan, juga akan berdampak negatif bagi manusia.

“Justru berbahaya kalau suatu saat macan tutul punah. Bisa jadi, kemungkinan habitat satwa dan tumbuhan lain juga akan terganggu. Karakteristik macan tutul itu menjaga keseimbangan ekosistem di kawasan hutan. Untuk itulah, kami mendorong pelibatan aktif masyarakat, tentunya bisa dengan cara menjaga sumber pakan macan tutul sehingga bisa bertahan hidup,” jelas Hariyawan.

Baca juga: Tradisi Ramai-Ramai Memburu Membunuh Macan Tutul dan Harimau Jawa

Menurut Hariyawan, kasus macan tutul yang memangsa ternak warga di Desa Tempur, Kecamatan Keling, Kabupaten Jepara, harus disikapi secara bijak. Ia memperkirakan turunnya macan tutul ke permukiman warga itu dikarenakan sumber pakannya di kawasan Gunung Muria mulai menipis, bahkan habis.

“Sejak zaman Hindia-Belanda sebetulnya kan pembangunan permukiman manusia di Jawa sudah sangat masif. Termasuk merambah ke gunung dan area yang tadinya menjadi habitat macan tutul. Maka, tidak heran kalau sekarang banyak habitat macan tutul yang terdesak oleh permukiman warga. Untungnya, sifat macan tutul ini tergolong sanggup bertahan hidup di mana pun. Macan tutul bisa berpindah-pindah tempat menyesuaikan sumber makanan,” jelasnya.

Diberitakan sebelumnya, Balai Konservasi dan Sumber Daya Alam (BKSDA) Jateng telah menangkap pergerakan macan tutul melalui kamera trap yang dipasang di sejumlah lokasi di Gunung Muria. Penampakan macan tutul itu pun memberikan asumsi bahwa bintang dengan nama latin Panther pardus itu yang memangsa sejumlah ternak warga di Desa Tempur, Kabupaten Jepara.

 

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya