SOLOPOS.COM - Mbah Slamet, lumpuh dan tinggal dalam rumah bambu dekat kandang ayam, Klaten, Selasa (4/8/2020). (Detik.com)

Solopos.com, KLATEN — Warga di Dukuh Klalung, Desa Majegan, Kecamatan Tulung, Kabupaten Klaten, Jawa Tengah tak tinggal diam saat melihat Mbah Slamet, 70, yang sudah lumpuh sejak usia 14 tahun. Selain pernah cawe-cawe membangunkan rumah yang ditempati Mbah Slamet, warga di Klalung juga rutin memberikan bantuan sembako.

Berdasarkan informasi yang dihimpun Solopos.com dari tokoh masyarakat dan warga di Klalung, Mbah Slamet semula tercatat sebagai warga di Pondok, Kecamatan Karanganom. Di usianya 14 tahun, ia sudah menderita lumpuh.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Pada 2008, Mbah Slamet pindah ke Klalung, Majegan, Tulung. Di lokasi terakhir tersebut, Mbah Slamet tinggal bersama adik iparnya, Sartono.

Di akhir 2017, rumah Sartono diajukan program Rumah Tidak Latak Huni (RTLH). Realisasi RTLH berlangsung awal tahun 2018. Saat itu, warga di Klalung juga ikut cawe-cawe alias gotong-royong membangun rumah milik Sartono yang juga ditempati Mbah Slamet.

Dari program RTLH itu, rumah Sartono yang awalnya berukuran 3 meter X 6 meter menjadi 5 meter X 6 meter. Pascaprogram RTLH rampung, Hartono yang menjadi anak dari Sartono turut tinggal di Klalung, Majegan, Tulung, Klaten. Di waktu sebelumnya, Hartono tinggal di luar Klalung.

Selang 1-2 bulan, istri Hartono melahirkan. Saat anak ketiga dari Hartono lahir, diketahui memiliki penyakit bronkitis. Hal ini mengakibatkan Hartono harus menyeterilkan ruangan.

Berawal dari sterilisasi ruangan itulah, Mbah Slamet dan Sartono mulai tinggal di gubuk di depan rumah utama. Tak jauh dari tempat tidurnya Mbah Slamet, juga terdapat kandang ayam dan kandang burung merpati milik Hartono.

"Saat rumah sudah bagus itu [pascaprogram RTLH], Hartono tinggal di rumah [yang ditinggali Sartono dan Mbah Slamet]. Begitu Hartono datang, Pak Sartono dan Mbah Slamet diminta tidur di gubuk. Alasannya untuk sterilisasi tadi. Kondisi seperti itu sudah berlangsung delapan bulan terakhir [lahan milik Mbah Slamet di Pondok, Karanganom sudah dijual. Hal itu sesuai permintaan Hartono]," kata Ketua RT 002 di RW 001 Klalung, Jumadi, saat ditemui Solopos.com, di dukuhnya, Rabu (5/8/2020) malam.

Bantuan Warga

Jumadi mengatakan warga di Klalung, Majegan Tulung, Klaten sering peduli dengan nasib Mbah Slamet. Warga rutin memberikan bantuan berupa bahan pangan untuk Mbah Slamet.

"Saat RTLH itu, warga juga ikut membantu," ungkapnya.

Hal senada dijelaskan Ketua RW 001 Klalung, Agung Sutopo. Warga di daerahnya tak tinggal diam saat melihat kondisi Mbah Slamet.

"Betul, banyak warga yang memperhatikan kondisi Mbah Slamet. Informasinya, Yayasan Pencinta Anak Yatim Klaten akan membangunkan rumah untuk Mbah Slamet di samping rumah Sartono yang saat ini ditempati Hartono. Di samping rumah itu memang masih ada lahan seluas 2 meter X 4 meter. Nantinya, warga akan cawe-cawe juga. Kami hanya berharap, rumah yang akan dibangun nanti benar-benar ditempati Mbah Slamet. Kami akan memantau juga nantinya," katanya.

Kepala Desa (Kades) Majegan, Widodo, mengatakan Mbah Slamet masih ber-KTP di Mondok, Karanganom. Sehingga, Pemdes Majegan tak bisa memberikan bantuan ke Mbah Slamet.

"Prinsipnya, Pemdes Majegan siap saja menerima Mbah Slamet sebagai warga di sini [agar memperoleh bantuan. Termasuk bantuan di tengah pandemi Covid-19]. Terlepas dari hal itu, warga di lingkungan Mbah slamet sering membantu. Yayasan Pencinta Anak Yatim Klaten juga membantu, bahkan ingin membangunkan rumah. Nantinya, saya pribadi juga siap membantu, seperti membelikan pasir dan semen," katanya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya