SOLOPOS.COM - Kirab tumpeng di Boyolali (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

Kirab tumpeng di Boyolali (Septhia Ryanthie/JIBI/SOLOPOS)

BOYOLALI — Kalangan petani dan elemen masyarakat pemerhati bidang pertanian dan pangan di Kabupaten Boyolali menyatakan prihatin dengan masuknya sayur dan buah impor hingga ke pasar-pasar tradisional. Selain itu, keprihatinan mereka juga tertuju pada banyaknya produk pangan lokal yang saat ini sudah tak lagi dikenal dan jarang ditemukan di pasaran.

Promosi Selamat! Direktur Utama Pegadaian Raih Penghargaan Best 50 CEO 2024

Koordinator Advokasi Lestari Mandiri (Lesman) Boyolali, Mulyono mengaku pihaknya menyayangkan kebijakan pemerintah yang mengizinkan sayur dan buah impor masuk ke Indonesia. Bahkan saat ini, sayur dan buah impor tersebut sudah masuk ke pasar-pasar tradisional. Dicontohkan dia hal itu terjadi di Pasar Cepogo, Kabupaten Boyolali, di mana saat ini wortel impor mulai menggusur wortel lokal.

“Memang harus diakui dari sisi harga, wortel impor lebih murah, dengan kualitas produk yang tidak jauh berbeda. Nah, masuknya wortel impor itu otomatis menggusur penjualan wortel-wortel lokal. Itu yang menjadi keprihatinan bagi kami,” ungkap Mulyono ketika ditemui wartawan di sela-sela acara peringatan Hari Pangan Sedunia ke-32 di Gedung Singosewayan, Boyolali, Sabtu (20/10/2012).

Padahal menurut Mulyono, potensi produk pangan lokal Indonesia, termasuk sayur dan buah dari wilayah Boyolali, tak kalah tinggi jika dibandingkan dengan produk impor.

Di samping itu, pihaknya juga mengaku prihatin dengan semakin langkanya produk-produk pangan lokal yang dijual di pasaran.

“Saat ini produk pangan lokal, contoh kimpul [sejenis talas], telo atau ketela, dan beraneka jenis makanan tradisional lainnya, sudah sangat jarang lagi dijual. Bahkan anak-anak sekarang tak lagi mengenal makanan-makanan tradisional itu. Mereka justru lebih kenal dengan makanan-makanan kemasan yang diproduksi pabrik,” ungkap Mulyono.

Menurut Mulyono, saat ini jarang sekali ditemukan penjual, bahkan kantin sekolah, yang menawarkan makanan-makanan tradisional.

“Kalau wilayah kota mungkin itu sudah biasa sekarang, tapi ini di desa pun juga terjadi seperti itu,” tandasnya.

Melalui momentum peringatan Hari Pangan Sedunia tersebut, Mulyono mengatakan pihaknya mencoba mengingatkan kembali masyarakat tentang keberadaan produk pangan lokal tersebut. Salah satu kegiatan pada acara itu adalah dengan mengadakan kirab gunungan tumpeng yang terbuat dari aneka jenis hasil bumi berupa buah dan sayur lokal.

“Melalui serangkaian kegiatan pada hari ini, kami ingin mengenalkan dan mengingatkan kembali kepada masyarakat akan produk-produk pangan lokal dan mengajak untuk membudayakan konsumsi produk pangan lokal tersebut. Ini juga sebagai bentuk dukungan kami terhadap program pemerintah membudayakan konsumsi produk pangan lokal,” kata Mulyono.

Senada dikemukakan Kepala Badan Ketahanan Pangan (KKP), Mulyatno. Melalui momentum tersebut, Mulyatno juga mengajak masyarakat memanfaatkan dan mengoptimalisasi pekarangan rumah untuk ditanami dengan berbagai jenis tanaman produktif.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya