SOLOPOS.COM - Gubernur Jateng, Ganjar Pranowo, saat melakukan pemotongan lopis raksasa dalam tradisi Syawalan di Kota Pekalongan pada 2019 lalu. (jatengprov.go.id)

Solopos.com, PEKALONGAN — Masyarakat Kota Pekalongan di Jawa Tengah (Jateng) memiliki berbagai tradisi yang unik. Salah satunya adalah tradisi Syawalan yang diwarnai dengan pembuatan penganan dari ketan, atau lopis berukuran raksasa.

Tradisi Syawalan atau Lopis Raksasa di Pekalongan ini biasanya dilaksanakan pada H+7 Lebaran atau tanggal 8 Syawal. Hal menarik dalam pelaksanaan tradisi Syawalan di Kota Pekalongan ini adalah dibuatnya lopis raksasa setinggi 2 meter, dengan diameter mencapai 1,5 meter, dan berat mencapai 1.000 kilogram (kg), atau 1 kuintal.

Promosi Mitsubishi XForce: Stylish untuk Wanita, Praktis buat Ibu Muda

Setelah didoakan, lopis berukuran jumbo ini kemudian dibagi-bagikan kepada masyarakat sekitar. Masyarakat pun lantas berebut untuk mendapatkann lopis yang konon mampu mendatangkan berkah atau keberuntungan tersebut.

Dikutip dari laman tourism.pekalongankota.go.id, tradisi Syawalan atau Lopis Raksasa ini digelar di daerah Krapyak, bagian utara Kota Pekalongan. Biasanya, setelah hari raya Idulfitri, masyarakat Krapyak menjalankan puasa Syawal selama enam hari, mulai tanggal 2-6 Syawal.

Baca juga: Sego Megono Khas Pekalongan: Nasi Kerak Jadi Makanan Kekinian

Setelah puasa Syawal, warga pun merayakan dengan menggelar tradisi Syawalan atau Lopis Raksasa. Tradisi Syawalan atau Lopis Raksasa ini konon telah digelar secara turun temurun sejak tahun 1855 silam. Kali pertama yang menggelar hajatan Syawalan tersebut adalah KH. Abdullah Sirodj, yang merupakan keturunan dari Kyai Bahu Rekso, tokoh atau sesepuh warga sekitar.

Meski demikian, upacara pemotongan lopis yang dibagikan ke warga baru dimulai sejak tahun 1956. Kala itu, pemotongan lopis berukuran besar itu dilakukan kepala desa setempat.

Sementara itu, penganan lopis dipilh karena memiliki filosofi tentang persatuan dan kesatuan. Lopis itu dibuat dari ketan, dibungkus daun pisang, diikat dengan tambang, dan dimasak selama empat hari tiga malam. Lopis yang terbuat dari ketan itu pun memiliki tekstur yang lengket, sehingga kerap disimbolkan untuk mempererat tali silaturahmi antar-warga.

Selama digelarnya tradisi Syawalan atau Lopis Raksasa, masyarakat Krapyak Kota Pekalongan biasanya juga menyediakan makanan dan minuman secara gratis kepada pengunjung. Mereka juga menggelar acara hiburan lainnya seperti pentas seni, parade balon udara berukuran besar, dan lain sebagainya.

Baca juga: Ini Masjid Tertua di Pekalongan, Usia 4 Abad & Punya Al-Qur’an Raksasa

Jumlah pengunjung pada tradisi ini biasanya mencapai ribuan orang yang berasal dari berbagai daerah di Kota Pekalongan dan sekitarnya. Setelah pembagian lopis, para pengunjung biasanya berkunjung ke destinasi wisata terdekat seperti Pantai Slamaran dan Pantai Pasir Kencana.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya