SOLOPOS.COM - Sejumlah warga Desa Klesem, Pacitan, yang menjadi korban bencana longsor mengungsi di SDN Klesem 1, Kamis (30/11/2017). (Abdul Jalil/JIBI/Madiunpos.com)

Longsor Pacitan, tiga warga Desa Klesem meregang nyawa setelah tertimpa tanah longsor.

Madiunpos.com, PACITAN — Kepiluan menyelimuti Desa Klesem, Kecamatan Kebonagung, Kabupaten Pacitan, yang tertimpa musibah tanah longsor pada Selasa (28/11/2017) dini hari. Tercatat ada tujuh warga di desa itu yang meninggal dunia tertimpa longsor.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Ratusan warga Desa Klesem pun berbondong-bondong mengungsi ke sejumlah lokasi yang dinilai lebih aman seperti di sekolahan, kantor desa, dan rumah tetangga. Dari tujuh warga yang meninggal dunia, tiga di antaranya merupakan satu keluarga. (Baca: 2 Jasad Korban Banjir Ditemukan di Areal Persawahan)

Ketiganya sudah ditemukan petugas Tim SAR gabungan pada Selasa lalu. Kepala Dusun Blimbing, Desa Klesem, M. Tohari, 50, menceritakan peristiwa nahas itu tidak pernah disangka dan tidak pernah diprediksi.

Tanah tebing di desanya longsor secara tiba-tiba pada Selasa pukul 02.00 WIB. Sebelum longsor, daerah itu diguyur hujan dengan insensitas tinggi pada Senin (27/11/2017) pukul malam. Warga dusun Blimbing pun tetap tidur di rumah masing-masing karena tidak ada tanda-tanda bencana akan datang.

Setelah terlelap tidur, sekitar pukul 02.00 WIB, tiba-tiba tanah di bukit longsor dan menerjang rumah warga. Rumah di dusun itu sebagian tergilas keganasan tanah longsor tersebut. (Baca: Warga Pacitan Kesulitan Mendapat Makanan dan BBM)

Ketiga warga, Temu, 57, Siti Kamilah, 21, dan Fitri, 3, tidak bisa menyelamatkan diri dan tertimbun longsor. Ketiganya ditemukan meninggal dunia setelah bencana alam itu terjadi.

“Kami tidak ada yang mengungsi saat itu. Karena memang tidak ada gejala yang menunjukkan ada bencana. Kami juga tidak sempat menyelamatkan keluarga Mbah Temu,” jelas dia saat ditemui wartawan di posko pengungsian di Desa Klesem, Kamis (30/11/2017) sore.

Tohari menuturkan keluarga Mbah Temu sebenarnya ada empat orang yaitu Temu, Siti Kamilah, Fitri, dan Soimin. Saat peristiwa itu terjadi Soimin tidak berada di rumah sehingga selamat dari bencana yang dianggap paling besar itu.

“Saat ini Soimin tinggal bersama saudaranya. Soimin sudah tidak memiliki anggota keluarga lagi di sini,” jelas dia. (Baca: Pemkot Madiun Kirim Sukarelawan dan Bantuan Logistik ke Pacitan)

Setelah bencana itu warga langsung mengungsi di SDN Klesem 1 yang lokasinya sekitar 2 km dari titik longsor. Ada beberapa rumah yang roboh dan rusak berat setelah tertimpa longsor.

Seorang warga Dusun Blimbing, Dewi Fitriani, 29, mengatakan saat longsor itu menerjang hujan sangat deras disertai angin kencang. Sekitar pukul 00.00 WIB, dia pun terjaga lantaran takut terjadi bencana alam.

“Tiba-tiba terdengar suara gludug-gludug, saya dan empat anggota keluarga saya langsung keluar rumah untuk menyelamatkan diri,” ujar dia.

Dewi menuturkan tidak menyangka tebing yang ada di kampungnya longsor dan kini merenggut tiga nyawa tetangganya.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya