SOLOPOS.COM - Bencana tanah longsor susulan terjadi di Dusun Tasin, Desa Beruk, Jatiyoso, Jumat (12/2/2016) pukul 00.30 WIB. Tanah longsor menyapu lahan pertanian, jembatan, 1 excavator, 1 ekor sapi, 3 ekor kambing, satu rumah dan toko, dan membendung sungai yang mengalir di dekat Dusun Jengglong. (Sri Sumi Handayani/JIBI/Solopos)

Longsor Karanganyar diprediksi akan terus terulang.

Solopos.com, KARANGANYAR–Bencana tanah longsor yang selama ini terjadi di sejumlah titik di lereng Gunung Lawu, Karanganyar, dinilai baru setengah main, alias masih sangat berpotensi terulang.

Promosi Pegadaian Buka Lowongan Pekerjaan Khusus IT, Cek Kualifikasinya

Sebab, berdasarkan penelitian, longsor yang terjadi di lereng Gunung Lawu bersifat dorman. Penjelasan tersebut disampaikan peneliti dari Pusat Penelitian Lingkungan Hidup (PPLH) LPPM Universitas Sebelas Maret (UNS) Solo, Ir. Sulastoro, M.Si, Rabu (17/2/2016).

“Longsor yang terjadi di lereng Gunung Lawu, seperti yang di Beruk, bersifat dorman, alias baru setengah main, belum final. Masih ada material tanah yang bertengger, dan berpotensi longsor di atas sana. Di Karanganyar banyak yang seperti itu,” ujar dia.

Pendapat Sulastoro mendasarkan kajian yang dilakukan terhadap titik-titik longsor di lereng Gunung Lawu 2007 silam. Saat itu terdapat cukup banyak titik longsor di enam wilayah kecamatan, termasuk di Dusun Tasin, Beruk, Kecamatan Jatiyoso, Karanganyar.

Menurut Sulastoro, lebih dari 80 persen dari bencana longsor saat itu bersifat dorman. Artinya, dia menjelaskan lokasi longsor stabil hanya untuk sementara waktu. Material longsor berhenti bergerak karena kurangnya daya penggerak atau pendorong.

“Jadi bila suatu ketika ada daya dorong lagi, longsor masih berpotensi terjadi. Seperti lokasi longsor yang Beruk baru-baru ini. Tahun 2007 lalu kan juga longsor di lokasi itu. Daya dorong ini seperti dari guyuran hujan deras, dan tingginya kadar air,” imbuh dia.

Khusus titik longsor di Beruk, menurut Sulastoro, terdapat saluran air di lereng bukit. Bila saluran tersebut masih ada, tanah di sekitar lokasi berpotensi selalu jenuh terhadap air. “Setahu saya di lokasi Beruk itu dulu ada saluran airnya, tak tahu sekarang,” kata dia.

Sulastoro menerangkan pemicu utama tanah longsor yaitu tingginya kadar air, kondisi kecuraman lereng bukit, serta kondisi bebatuan di bagian dasar. Pemkab disarankan selalu waspada di titik-titik rawan longsor, sepanjang musim penghujan.

“Titik-titik seperti di Guyon, Koripan, Jurang Genthong, Gerdu, dan Beruk, harus selalu dipantau. Saya pikir sulit untuk menghentikan potensi longsoran dengan material sebesar itu. Jadi solusinya ya selalu waspada bila musim penghujan datang,” tambah dia.

Ciri-ciri daerah yang rawan longsor yaitu pernah terjadi longsor, posisi pepohonan tidak tegak, terdapat rekahan tanah yang selalu berkembang, hilangnya aliran air secara tiba-tiba, jarak antara rumah dengan tebing kian dekat, dan terjadi retakan bangunan rumah.

Terpisah, Kepala Pelaksana Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Karanganyar, Nugroho, menjelaskan penanganan longsor di Beruk masih tahap pembersihan material longsor di jalur utama. Proses pembersihan membutuhkan butuh waktu sepekan.

Disinggung potensi longsor di lokasi lain, Nugroho tidak memungkiri. Menurut dia tim terus memantau dinamika daerah-daerah yang berpotensi terjadi tanah longsor. “Pantauan perkembangan terkini terus kami lakukan di daerah rawan,” tutur dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya