SOLOPOS.COM - Seorang warga melintasi jalur pendakian Gunung Merapi via Selo, Selasa (1/12/2015). (Muhammad Ismai/JIBI/Solopos)

Longsor Boyolali di lerang Merapi diduga disebabkan karena tebing ditanami sayuran.

Solopos.com, BOYOLALI — Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Boyolali menegaskan pola tanam dengan memanfaatkan tebing untuk bercocok tanam menjadi salah satu penyebab terjadinya longsor di lereng Gunung Merapi.

Promosi Jalur Mudik Pantura Jawa Makin Adem Berkat Trembesi

Kepala Bidang (Kabid) Kedaruratan dan Logistik BPBD Boyolali, Purwanto, mengungkapkan hasil analisis BPBD setelah melihat kondisi longsor di Dukuh Lendong dan Dukuh Taring, Desa Wonodoyo, Cepogo, Boyolali. Longsor itu terjadi akibat pola tanam yang dilakukan petani di kawasan lereng Gunung Merapi terlalu mepet hingga ke tebing pinggir jalan.

Seharusnya menanam tanaman hortikultura tidak diperbolahkan sampai ke pinggir tebing. “Sifat tanah di lereng Gunung Merapi berlumpur dan mudah terbawa air jika terjadi hujan deras. Masyarakat harus mengetahuinya agar mewaspadahi ketika turun hujan tidak sampai jatuh korban,” ujar Purwanto saat dihubungi Solopos.com, Sabtu (12/3/2016).

Purwanto mengatakan jika petani mengikuti pola tanam yang benar, longsor di lereng merapi tidak akan separah ini. Pola tanam yang benar, kata dia, adalah menjaga jarak 1 meter dari tebing pinggir jalan tidak boleh ditanami tanaman hortikultura.

“Kalau tanah di tebing pinggir jalan ditanami hortikultura, ketika hujan deras terjadi di Gunung Merapi, tanah akan mudah terbawa air hujan dan menyebabkan longsor,” kata dia.

Ia mengatakan tanaman hortikultura seperti bawang merah, kembang kol, sawi, kobis, dan wortel banyak ditemukan berserakan di jalan saat terjadi longsor. Tanaman sayuran yang ditanam petani di tebing pinggir jalan ikut longsor.

“Tim BPBD saat membersihkan longsoran tanah banyak menemukan tanaman hortikultura dari sawah terbawa air hujan. Petani harus merubah pola tanam agar tebing di lereng merapi tidak mudah longsor,” kata dia.

Ia menambahkan curah hujan yang cukup tinggi di lereng Gunung Merapi sejak awal Februari juga menjadi salah satu penyebab terjadinya longsor. Ia meminta kepada warga yang tinggal di lereng Gunung Merapi untuk tetap waspada.

Sementara itu, seorang warga Desa Taring, Desa Wonodoyo, Bahri Khoirudin, mengatakan luas lahan pertanian di lereng Gunung Merapi sangat sempit sehingga petani harus memanfaatkan semua lahan yang ada termasuk menanam hingga ke tebing pinggir jalan.

“Kami sebenarnya tahu akan potensi longsor jika tebing di pinggir jalan ditanami tanaman hortikultura. Namun, karena lahannya terlalu sempit akhirnya tidak memperdulikannya,” kata dia.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya