SOLOPOS.COM - Peta wilayah Afghanistan (aljazeera.com)

Solopos.com, KABUL – Pemerintah Afghanistan menetapkan Minggu (4/5/2014) sebagai hari berkabung nasional menyusul bencana longsor yang terjadi di Desa Ab Barik pada Jumat (3/4/2014).

Sementara itu, warga setempat memilih tidur di ruang terbukan karena khawatir terjadi longsoran susulan di wilayah Provinsi Badakhshan itu. Gubernur Badakhshan, Shah Waliullah Adib, mengatakan tidak ada harapan menemukan korban selamat untuk lebih dari 2.000 orang yang diyakini terkubur di rumah mereka di Desa Ab Barik.

Promosi Usaha Endog Lewo Garut Sukses Dongkrak Produksi Berkat BRI KlasterkuHidupku

Seperti dilansir bbc.com, pejabat resmi mengakhiri pencarian korban pada Sabtu (3/4/2014). Setidaknya 2.000 orang berada di rumah mereka ketika longsoran dan menutupi daerah dalam lumpur dan bebatuan. Sebanyak 600 orang juga hilang setelah bergegas untuk membantu upaya penyelamatan dan terperangkap dalam bencana longsor kedua.

Ekspedisi Mudik 2024

“Kita tidak bisa melanjutkan operasi pencarian dan penyelamatan lagi , karena rumah-rumah terendam beberapa meter Lumpur. Kami akan berdoa untuk para korban dan membuat daerah itu menjadi kuburan masal,” kata Adib.

Hujan deras diyakini telah memicu dua tanah longsor yang melanda Jumat pagi. Jumat adalah hari istirahat di Afghanistan yang berarti seluruh keluarga akan berada di rumah pada saat itu. “Skala longsor ini benar-benar menghancurkan , dengan seluruh desa terkena. Ratusan keluarga telah kehilangan segalanya dan sangat membutuhkan bantuan,” kata Richard Danziger, dari Organisasi Internasional untuk Migrasi yang memberikan bantuan.

Sementara itu, dilansir sbs.com.au, seorang ibu berusia 40 tahun, Begum Nisa, menceritakan saat-saat bencana itu menerjang rumahnya. “Saya sedang makan siang di dekat jendela rumah saya, kemudian tiba-tiba saya mendengar suara gemuruh yang keras, dan saya menyadari bahwa desa kami terkena tanah longsor, ” kata ibu yang memiliki tiga anak itu.

“Saya berteriak kepada keluarga saya untuk menyelamatkan diri tapi terlambat. Saya kehilangan ayah dan ibu. Saya juga kehilangan paman saya dan lima anggota keluarganya, ceritanya, Minggu.

Masyarakat setempat dan pekerja darurat menggunakan sekop untuk mencoba untuk menggali puing-puing untuk menemukan korban tetapi tidak berhasil. Pekerja kemudian beralih untuk mengarahkan bantuan mereka pada sekitar 700 keluarga yang mengungsi. Banyak keluarga menghabiskan malam di tempat terbuka karena khawatir bukit tidak stabil dan akan kembali mengempaskan longsoran.

Cek Berita dan Artikel yang lain di Google News
Simak berbagai berita pilihan dan terkini dari Solopos.com di Saluran WhatsApp dengan klik Soloposcom dan Grup Telegram "Solopos.com Berita Terkini" Klik link ini.
Solopos Stories
Honda Motor Jateng
Honda Motor Jateng
Rekomendasi
Berita Lainnya