Promosi Vonis Bebas Haris-Fatia di Tengah Kebebasan Sipil dan Budaya Politik yang Buruk
Ketiga siswi Kelas IX tersebut dengan antusias menceritakan tentang penelitian yang dilakukan. Tergabung dalam kelompok penelitian untuk kategori IPS, mereka mencoba memperkenalkan wayang dongeng untuk membantu pembelajaran bahasa. “Kami mencoba menyampaikan dongeng menggunakan media wayang yang terbuat dari bahan-bahan sederhana. Kami menyampaikan bermacam-macam cerita, umumnya cerita fabel, dalam tiga bahasa,” ujar salah satu siswa berprestasi, Dewi.
Bahasa yang digunakan untuk menyampaikan cerita di antaranya Jawa, Indonesia, dan Inggris. Menurut dia, dengan kemasan menarik sebuah dongeng akan disukai para siswa. Secara tidak langsung siswa juga akan mempelajari bahasa yang digunakan dalam cerita tersebut. ”Kami coba mengenalkan wayang dongeng ini di enam SD di lingkungan Jatiyoso,” kata dia.
Selain dapat membantu proses pembelajaran bahasa, Dewi juga ingin generasi muda di Jatiyoso lebih mengenal wayang dongeng. ”Selama ini di Jatiyoso [wayang dongeng] belum dikenal. Kalau di daerah-daerah lain mungkin sudah,” sambung dia.
Sementara itu, Rika Yuliana mengatakan LPIR diikuti 113 kelompok dari seluruh Indonesia. Namun untuk bidang IPS hanya diikuti 34 kelompok. ”Pelaksanaan lomba di Tangerang pada 8-14 Oktober lalu,” kata dia. Menurut dia, dari sekian banyak peserta, hanya kelompoknya yang mengkaji tentang wayang dongeng.
Di bagian lain, guru pendamping lomba, Abdul Mukhlis, mengaku sangat bangga dengan prestasi yang dicapai para siswinya. Meski berasal dari sekolah pinggiran, namun mereka mampu berprestasi di tingkat nasional. ”Terbukti mereka bisa menjadi yang terbaik,” papar guru mata pelajaran bahasa Inggris SMPN 3 Jatiyoso tersebut.